MAKALAH Ragam Seni dan Budaya
Di nusantara ini banyak sekali ragam karya seni dan
budaya dari tiap pulau. Diantaranya, angklung, reog ponorogo, batik, tari
jaipong, dan juga masih banyak yang lainnya karya seni dan budaya yang ada di
Indonesia ini. Tidak hanya ragam seni dan budaya asli Indonesia ini yang
berkembang di Bumi Pertiwi ini, tapi ada juga ragam seni dan budaya dari negara
lain yang berkembang di Indonesia ini. Misalnya syair yang berasal dari tanah
Melayu yang berkembang di Indonesia ini.
Dalam pelajaran 2 ini, kita akan mempelajari dan
membahas tentang ragam karya seni dan budaya yang berasal dari Indonesia dan
dari negara lain. Selain itu juga kita akan belajar bagaimana caranya
mengkritik dan memuji sebuah karaya seni dengan menggunakan bahasa yang sopan
dan lugas, cara membaca dan menganalisis sebuah cerpen, dan cara menulis
resensi sebuah buku.
Setelah kita mempelajari itu semua, pengetahuan kita
akan lebih mendalam tentang ragam seni dan budaya yang ada di Bumi Nusantara
ini.
A.
Mendengarkan
Pembacaan Syair
Apa yang
kamu ketahui tentang syair? Pernahkah kamu mendengar kata syair? Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk
terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama
aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun,
2 baris terakhir yang mengandung maksud).
Dalam
pelajaran kali ini kamu akan belajar memahami syair. Coba dengarkan pembacaan
syair yang disajikan didepan kelas. Cermati dan pahamilah makna yang terkandung
dalam syair yang disajikan!
Syair Kerajaan Bima
Lukman
Bismillah itu mula dikata
Ar-rahman ar-rahim ketiganya serta
Itulah isim Allah Tuhan kita
Diucap Islam sekalian rata
Alhamdulillah puji insani
Diturunkan Allah Malik ar-Rabbani
Berkat Muhammad Sayid ar-Ruhai
Inilah makam mukmin nurani
Ayo segala muda yang berhati
Mengapakan tuan melupakan mati
Malik al-maut hadir menanti
Mengambil nyawa berganti-ganti
Ingat-ingat awang dan dayang
Hidup kita nin umpama wayang
Sementara nyawa belumlah melayang
Perbuatlah ibadat malam dan siang
Dunia ini tempat kita berhenti
Janganlah taksir berbuat bakti
Disuruhkan Tuhan Rabbi al-Izzati
Sementara hidup belumlah mati
Akan harta jangan kau sebal
Akhirnya kelak hatimu menyesal
Bicaramu kelam hilanglah akal
Tiadalah terkenang kepada ajal
Harta dicari sedikit sampai
Sekadar cukup makan dan pakai
Bicara yang jahat jangan dicapai
Di dalam kubur tak rapai-rapai
Sungguhpun harta terlalu mulia
Tatkala mati tinggallah dia
Amal ibadat yang teguh setia
Barang ke mana sertalah ia
Inilah kisah suatu syair
Dikarang seorang khatib yang fakir
Bukannya hamba berbuat sindir
Nyatalah Allah yang empunya takdir
Dengarkan tuan ikat-ikatan
Dikarang oleh Khatib Lukman
Tempat menaruh peringatan
Supaya ada akan jadi zaman
Datanglah takdir Wahid al-Kahar
Pada hijrat an-nabi Sayyid al-Basyar
Seribu dua ratus tahun tersesar
Dua puluh delapan lebihnya berkisar
Pada tahun jim awal mulanya
Diturunkan bala kepada hambanya
Tanah Bima hangus semua padinya
Laparlah orang sekalian isinya
Laparlah itu terlalu sangat
Rupanya negeri tiada bersemangat
Serasa dunia bekas kiamat
Sukarlah gerangan baiknya bangat
Tatkala zaman dari nenek moyang
Belumlah ada bagai sekarang
Sekadar kita membeli larang
Tiadalah mari sekalian orang
Orang pun tiada yang berpindah
Masing-masing di negerinya ada
Kecil dan besar tua dan muda
Dimakanlah barang yang hadir ada
Zaman sekarang ajaib terlalu
Orang pun mati beribu-ribu
Tiadalah menaruh takut dan malu
Anak dijual bapak dan ibu
Masing-masinglah membawa diri
Tiadalah indahkan anak istri
Makan minum seorang diri
Tiadalah menoleh kanan dan kiri
Adalah hujan lalu tertanam
Padinya jadi sangatlah kelam
Datanglah takdir Khalik al-Alam
Turunlah abu dua hari tiga malam
Abu pun banyak datang menimbun
Rebahlah padi bersusun-susun
Sebagai tikar dihampar konon
Tiada boleh lagi dibantun
Waktu subuh fajar pun merekah
Diturunkan Allah bala celak
Ar-rahman ar-rahim ketiganya serta
Itulah isim Allah Tuhan kita
Diucap Islam sekalian rata
Alhamdulillah puji insani
Diturunkan Allah Malik ar-Rabbani
Berkat Muhammad Sayid ar-Ruhai
Inilah makam mukmin nurani
Ayo segala muda yang berhati
Mengapakan tuan melupakan mati
Malik al-maut hadir menanti
Mengambil nyawa berganti-ganti
Ingat-ingat awang dan dayang
Hidup kita nin umpama wayang
Sementara nyawa belumlah melayang
Perbuatlah ibadat malam dan siang
Dunia ini tempat kita berhenti
Janganlah taksir berbuat bakti
Disuruhkan Tuhan Rabbi al-Izzati
Sementara hidup belumlah mati
Akan harta jangan kau sebal
Akhirnya kelak hatimu menyesal
Bicaramu kelam hilanglah akal
Tiadalah terkenang kepada ajal
Harta dicari sedikit sampai
Sekadar cukup makan dan pakai
Bicara yang jahat jangan dicapai
Di dalam kubur tak rapai-rapai
Sungguhpun harta terlalu mulia
Tatkala mati tinggallah dia
Amal ibadat yang teguh setia
Barang ke mana sertalah ia
Inilah kisah suatu syair
Dikarang seorang khatib yang fakir
Bukannya hamba berbuat sindir
Nyatalah Allah yang empunya takdir
Dengarkan tuan ikat-ikatan
Dikarang oleh Khatib Lukman
Tempat menaruh peringatan
Supaya ada akan jadi zaman
Datanglah takdir Wahid al-Kahar
Pada hijrat an-nabi Sayyid al-Basyar
Seribu dua ratus tahun tersesar
Dua puluh delapan lebihnya berkisar
Pada tahun jim awal mulanya
Diturunkan bala kepada hambanya
Tanah Bima hangus semua padinya
Laparlah orang sekalian isinya
Laparlah itu terlalu sangat
Rupanya negeri tiada bersemangat
Serasa dunia bekas kiamat
Sukarlah gerangan baiknya bangat
Tatkala zaman dari nenek moyang
Belumlah ada bagai sekarang
Sekadar kita membeli larang
Tiadalah mari sekalian orang
Orang pun tiada yang berpindah
Masing-masing di negerinya ada
Kecil dan besar tua dan muda
Dimakanlah barang yang hadir ada
Zaman sekarang ajaib terlalu
Orang pun mati beribu-ribu
Tiadalah menaruh takut dan malu
Anak dijual bapak dan ibu
Masing-masinglah membawa diri
Tiadalah indahkan anak istri
Makan minum seorang diri
Tiadalah menoleh kanan dan kiri
Adalah hujan lalu tertanam
Padinya jadi sangatlah kelam
Datanglah takdir Khalik al-Alam
Turunlah abu dua hari tiga malam
Abu pun banyak datang menimbun
Rebahlah padi bersusun-susun
Sebagai tikar dihampar konon
Tiada boleh lagi dibantun
Waktu subuh fajar pun merekah
Diturunkan Allah bala celak
Sumber : Kerajaan Bima dalam Sastra dan sejarah (Henri Chambert-Loir, 2007)
Ø Kata kata sulit dalam syair ”Kerajaan
Bima”:
a)
Ar –rahman = Maha Pengasih
b)
Ar-rahim = Maha Penyayang
c)
Mukmin = orang yang percaya kepada
Allah
d)
Awang awang = ke langit
e)
Dayang = Anak perempuan
f)
Rebah = Tumbang,roboh atau jatuh
g)
Fajar = dini hari atau pagi buta
h)
Bala = rombongan atau pasukan
i)
Fakri = orang miskin
Setelah
mendengarkan pembacaan syair diatas, kamu tentu telah memiliki gambaran
mengenai isi syair dan kata kata sulit yang terdapat dalam syair. Seperti halnya
syair yang dibacakan oleh salah satu temanmu tadi didepan kelas dengan isi
syair dan kata kata sulit yang terdapat dalam syair.
Latihan!
|
Dengarkan pembacaan syair berikut ini yang
akan dibacakan oleh salah seorang teman kamu, dan Jawablah
pertanyaan berikut ini!!
1. Ceritakan
isi syair yang disimak dengan menggunakan kata kata sendiri!
2. Temukan
makna kata kata sulit yang terdapat dalam syair yang di simak!
Syair
Perahu
Hamzah
Fansuri
Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah
Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.
Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.
Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.
Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.
Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.
Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.
Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.
Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.
Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.
Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.
La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.
Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.
Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.
Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.
Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.
Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.
Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.
Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.
Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.
Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.
“Taharat dan istinja’” nama lantainya,
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.
Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.
istigfar Allah akan layarnya,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.
“Wallahu a’lam” nama rantaunya,
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.
Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.
Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.
Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.
Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.
Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
(baris ini tidak terbaca)
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
(baris ini tidak terbaca)
Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.
Kenali dirimu, hai anak dagang!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?
La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.
La ilaha illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.
La ilaha illallahu itu janganlah
kaupermudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da’im dan ka’im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da’im dan ka’im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.
La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.
La ilaha illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.
La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.
La ilaha illallahu itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.
La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.
B.
Mengkritik dan Memuji Karya Seni
Tahukah
kamu tentang karya seni? Dan tahukah apa saja bentuk karya seni itu? Karya seni
adalah ciptaan yang dapat menimbulkan rasa indah bagi orang yang melihat,
mendengar, atau merasakannya.
Pernahkah
menikmati sebuah karya seni? Apa yang kamu lakukan selanjutnya? Tentu saja
sadar ataupun tidak kamu akan melakukan penilaian atau mengkritik karya seni
yang kamu nikmati. Misalnya saat akan melihat motif batik, kamu akan langsung
menilai motif batik itu bagus atau
tidak. Penilaian yang sederhana, tapi itulah penilaian yang lazim. Jadi, apa
sebenarnya mengkritk itu?
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kritik adalah kecaman atau tanggapan,
kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil
karya, pendapat, dan sebagainya. Kritik yang baik adalah apabila disampaikan
dengan kalimat yang tepat dan santun serta bersifat membangun. Memuji adalah
mengemukakan pernyataan rasa pengakuan dan penghargaan yang tulus akan kebaikan
(keunggulan) sesuatu.
Di
media massa sering kita jumpai rubrik kritik karya seni. Misalnya kritik
terhadap buku (resensi buku), kritik terhadap film, kritik terhadap lukisan,
kritik terhadap seni rupa, dan sebagainya. Dalam pembelajaran ini siswa akan
berlatih mengkritik atau memuji karya seni yang berupa lukisan yang terdapat di
lingkungan sekolah.
Penilaian terhadap sebuah karya haruslah
objektif atau berdasarkan fakta-fakta dan tidak memihak. Pengungkapan pujian
terhadap kelebihan sebuah karya sebaiknya tidak berlebihan dan
tidak menjatuhkan karya lain. Demikian juga dalam menyampaikan
kritik terhadap kekurangan yang ada
Menjelaskan Tentang Cara Mengkritik atau Memuji Karya Seni
NGADIMAN, BERBAGI ILMU ECENG GONDOK
Jika tidak dibagi, ilmu pada akhirnya
akan ikut kita ke liang lahat. Terkubur, tanpa bisa diwariskan dan dikembangkan
lagi oleh generasi berikutnya. Prinsip itulah yang kerap diungkapkan oleh
Ngadiman (38) perajin eceng gondok asal Sragen, Jawa tengah.
Hanya dalam waktu sebulan, Ngadiman
sudah mampu menyadarkan sebagian besar masyarakat pinggiran Danau Tondano,
Minahasa, Sulawesi Utara, untuk mau bepikir, berlatih, dan menghasilkan aneka
produk kerajinan tangan eceng gondok.
“Waktu yang disediakan memang
terlampau singkat. Untuk mencapai tahap penyelesaian akhir sempurna, kita mesti
belajar,” kata Ngadiman. Bapak dua anak kelahiran 1 Januari 1969 ini saja perlu
waktu bertahun-tahun untuk bisa menghasilkan produk suvenir dan furnitur
berbahan baku eceng gondok yang berkualitas. Dia mengaku, ilmu menciptakan
aneka produk itu diperoleh sejak memulai usaha tahun 1998.
Kesulitan hidup pada masa krisis mendorong
kreativitas bangsa Indonesia justru semakin bermunculan. Ngadiman berkarya
menciptakan aneka kerajinan tangan dari bahan baku rotan.
Jangan Menyerah
Tak ada rotan, akar pun jadi.
Sulitnya memperoleh bahan-bahan baku tidak boleh membuat kita menyerah.
Lagi-lagi, inovasi pun bermunculan. “Memang, saya hanya mengawali peralihan
atau lebih tepat mengombinasikan rotan dan eceng gondok serta gedebong pisang
dari konsumen mebel Australia,” kata Ngadiman.
Beberapa bulan mendekati ujung tahun
lalu, Ngadiman pun dengan tangan terbuka menerima tantangan Menteri Negara
Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Suryadharma Ali untuk berbagi ilmu
kepada masyarakat di pesisir Danau Tondano.
Permintaan konsumen memang
gampang-gampang susah. Bosan dengan bahan kayu, rotan dan eceng gondok justru
banyak diminati, terutama konsumen di Australia dan Eropa. Alasan konsumen di
kedua benua itu sederhana saja, mereka mencari keunikan dari sebuah produk
kerajinan tangan. Produk eceng gondok layak dikategorikan sebagai produk unik.
Hal ini merupakan peluang besar bagi para perajin mebel dan produk suvenir
lainnya untuk mengisi pasar ekspor mengingat eceng gondok mudah tumbuh di
danau, sungai, dan parit di Indonesia.
Apabila produk eceng gondok ini
diolah menjadi produk kerajinan, keuntungan yang didapat diraup produsen sangat
menggiurkan. Sebagai contoh, satu kursi tamu bisa dihargai Rp 3 juta samapai Rp
25 juta. Semua tergantung ukurannya. Nilai jual setinggi itu belum termasuk
produk aksesori lain, yakni meja tamu dan lampu hias.
Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi dari munculnya produk
kerajinan berbahan baku tanaman air ini luas, terutama bagi masyarakat sekitar
Danau Tondano. Masyarakat yang mau memanen dan mengeringkan eceng gondok dapat
menjual produk yang sudah dikeringkan dengan Rp 2.000, 00 per kilogram. Bagi
ibu-ibu rumah tangga maupun para pemuda desa yang mau meluangkan waktu
menganyam eceng gondok kering, per meternya dihargai Rp 300. Dalam
sepekan, orang bisa menganyam sedikitnya 250 meter. Berarti
dalam sepekan didapat Rp 75. 000, 00 per orang. (Dikutip dari KOMPAS, 15
Januari 2010)
Setelah membaca contoh kritik diatas dapatkah kamu
menandai kritikan yang terdapat dalam wacana diatas? Coba perhatikan tabel
dibawah ini!
Kondisi Ekonomi Dan Pasar
|
Bahan Baku
|
Waktu
|
Kesulitan hidup pada masa kritis mendorong kreativitas bangsa Indonesia
justru semakin bermunculan.
Ngadiman berkarya menciptakan aneka kerajinan dari bahan baku rotan
Permintaan konsumen memang gampang-gampang susah. Bosan dengan bahan
kayu, rotan dan eceng gondok justru banyak diminati, terutama konsumen di
Australia dan Eropa.
|
Tak ada rotan, akar pun jadi. Sulitnya memperoleh bahan-bahan baku tidak
boleh membuat kita menyerah. Lagi-lagi, inovasi pun bermunculan.
Hal ini merupakan peluang besar bagi para perajin mebel dan produk
suvenir lainnya untuk mengisi pasar ekspor mengingat eceng gondok mudah
tumbuh di danau, sungai, dan parit di Indonesia.
|
“Waktu yang disediakan memang terlampau singkat. Untuk mencapai tahap
penyelesaian akhir sempurna,
|
Pada kolom pertama penulis mencoba
mengkritik pemerintah lewat kondisi perekonomian yang semakin sulit untuk
memperoleh penghidupan layak. Kolom kedua penulis berusaha membuka tabir
sulitnya memperoleh bahan baku pada saat ini untuk menghasilkan sebuah produk, sehingga
masyarakat harus pintar memutar otak dalam menciptakan inovasi baru. Kolom
ketiga, memaparkan betapa minimnya waktu yang diberikan untuk menghasilkan
sebuah produk. Dalam wacana diatas kamu pun dapat menemukan pujian. Paragraf tujuh
penulis juga memaparkan pujian atas partisipasi pemerintah atas dukungan yang
diberikan.
Sedangkan keunggulan dan kelemahan dalam menciptakan aneka kerajinan
tangan dari bahan baku rotan adalah sebagai berikut:
Ø Keunggulannya:
a) Produk eceng gondok ini diolah
menjadi produk kerajinan, keuntungan yang dapat diraup produsen sangat
menggiurkan. Sebagai contoh, satu kursi tamu bisa dihargai Rp 3 juta – Rp 25
juta.
b) Nilai jual satu kursi tamu bisa
dihargai Rp 3 juta – Rp 25 juta belum termasuk produk aksesori lain, yakni meja
tamu dan lampu hias.
c) Masyarakat yang mau memanen dan
mengeringkan eceng gondok dapat menjual produk yang sudah dikeringkan dengan Rp
2.000, 00 per kilogram.
d) Produk eceng gondok layak
dikategorikan sebagai produk unik
Ø Kekurangannya
a) Sulitnya memperoleh bahan-bahan baku
tidak boleh membuat kita menyerah.
b) Permintaan konsumen memang
gampang-gampang susah.
c) Kesulitan hidup pada masa krisis
mendorong kreativitas bangsa Indonesia justru semakin bermunculan.
Latihan!
|
Sumber: Kamus
Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dan Balai Pustaka, Cetakan ke-9 Tahun 1997.
Buku BSE: Bahasa Indonesia Untuk SMP/MTs
kelas Ix Pelajaran IV halaman 82 – 85 Penulis: Sarwiji Suwandi dan
Sutaarmo.
Penerbit Pusat Perbukuan.
|
Ø
Setelah membaca
wacana diatas tentu kamu mengerti bagaimana mengkritik dan memuji sebuah karya
seni. Sekarang amatilah lukisan karya Basuki Abdullah
dibawah ini, lalu buat kritikan
atau pujian, serta keunggulan dan kelemahan dari lukisan dibawah tersebut!
C.
Membaca Buku Kumpulan Cerpen
Pernahkah kamu membaca kumpulan cerpen? Jika pernah, tentu
sering kali kamu menemukan karateristik tiap cerpen dari setiap penulis. Dalam
pelajaran kali ini, kamu akan belajar membaca dan membandingkan cerpen yang
pernah kamu baca baik unsure intrinsiknya, yaitu : tema, alur, setting, sudut
pandang, penokohan (ada tiga jenis tokoh :
Protagonis (tokoh utama/berwatak baik), Antagonis (tokoh dengan watak jahat),
Trigonis tokoh penengah atau pelerai konflik), gaya bahasa
(Gaya bahasa merupakan sarana sastra yang amat
penting karena hal inilah yang akan membedakan antara pengarang yang satu
dengan yang lain),
amanat. Unsure ekstrinsik, yaitu: nilai religi, nilai social, nilai budaya dan
lain-lain. Dan pembahasan kali ini kamu akan membandingkan unsur penokonan,
bahasa dan nilai-nilai yang terkandung.
Analisis cerpen dibawah ini!
Cerpen ini diambil dari
kumpulan cerpen Pohon Keberuntungan karya Akhi Dirman Al-Amin, dkk. Coba
tuliskan persamaan dan perbedaan unsure intrinsic serta unsure ekstrinsik pada
kedua cerpen berikut!
Pohon
Keberuntungan
Jaka Tarub
Malam mulai larut, udara di kota Jogja-pun mulai dingin, walaupun masih
banyak kendaraan berlalu lalang tetapi kabut kaliurang mulai turun menggantikan
asap kendaraan yang sejak pagi tadi memenuhi jalanan kota Jogja. Di langit hanya ada satu bintang yang
bersinar, itupun redup, dan bulan hanya terlihat seperti bayang-bayang tertutup
awan. Mendung sudah merubahnya menjadi malam yang senyap dan sedikit pekat.
Aku masih duduk sendiri di pinggiran alun-alun
kidul, beberapa pengamen dan pengemis datang silih berganti, memaksaku untuk
menyisihkan sedikit rizqi yang ada disakuku walaupun jujur, akupun miris untuk
mengeluarkan sedikit uangku, tapi tak apalah, yang jelas aku lillah karena
Tuhanku, para pedagang yang berjajar dipinggiran alun-alun, mulai ramai dengan
kopi panasnya.
Pandanganku masih
kosong dengan dua pohon besar ditengah alun alun ini, dari tadi aku pandangi
beberapa orang berjalan sambil menutup matanya dengan selembar kain, berjalan
dengan berusaha melewati antara kedua pohon beringin yang umurnya sekitar 100
tahunan itu, aku tidak tahu sebenarnya apa yang mereka lakukan itu, bukankah
itu seperti permainan anak kecil yang mencari temannya dalam permainan petak
umpet? Tapi mereka orang-orang dewasa bahkan ada yang sudah setengah baya,
mataku sampai tak bisa berkedip setiap ada yang berusaha melewati dan kemudian
harus melenceng jauh dari tengah pohon itu, ada yang tertawa, ada yang kembali
mengulangnya hingga akhirnya pulang karena tak berhasil melewati tengah pohon
tersebut. Tetapi ada juga yang tertawa kegirangan karena berhasil melewati
tengah pohon itu, masih belum faham dengan semua itu, kemudian aku beranikan
untuk bertanya pada orang yang menyewakan penutup mata tersebut, dengan senyum
yang renyah bapak bappak itu menjelaskan.
“Sampean
punya hajat apa?”
Aku terdiam dan
membatin dalam hatiku bahwa bukan hanya hajat tetapi kemelut yang mendalam
dihatiku.
“Sampean coba saja,
mitosnya yang bisa melewatinya akan terkabul apa yang menjadi niat dan
ihtiarnya. Ini pohon keberuntungan!”
Aku tersenyum dan masih
berfikir apakah semua ini benar? Apakah ini bisa menyeleseikan gundah gulana
hatiku? Apakah ini bisa mengembalikan belahan jiwaku yang sudah pergi?
Setahun yang lalu.
Dikota yang sama.
“Maafkan aku Rul aku
tak bisa menjadi kekasihmu lagi”
“Kenapa?”
“Ada yang lain yang
mengisi hatiku?”
“Tolong jelaskan
padaku, Apa yang kurang dari aku?”
“Tak ada rul…tak ada…”
“Lalu? Apa aku jarang
menemuimu disini? Apa karana jarak yang membatasi semua ini?”
“Bukan…”
Aku terdiam saat aulia,
bidadari yang menjadi separuh jiwaku itu melangkah pergi, meninggalkan aku,
bukan hanya raganya tapi cintanya yang telah membuat aku benar benar kesepian.
Langkahnya pelan kemudian berlari, aku tau dia tak menangis. Aku tahu dia
bahagia karena meninggalkanku, sesaat kemudian dia berlalu melaju dengan mobil
mewah yang dari tadi menunggunya.
“Ya, aku bukan orang
kaya.. Itu alasanmu…”
Hari ini aku datang
lagi ingin mengobati beban rindu ini yang mendalam dan meraja selama setahun
ini.
“Andai kau masih ada
disini disampingku pasti semua yang aku miliki sekarang pasti sangat berarti”
Batinku sambil aku pandangi mobil yang aku parkirkan dipinggiran jalan.
“Mas… Mas…” Suara bapak
penyewa penutup mata ini menyadarkanku dari lamunan panjang.
“Mas kok melamun,
ayolah coba. Siapa tau apa yang mas inginkan cepat terkabul”
“Iya pak terimakasih.
Nanti saja saya coba.”
Sesaat sebelum aku
berlalu ada seorang gadis yang terlihat berdiri di tempat dimana orang-orang
memulai untuk melewati pohon keberuntungan itu. Aku perhatikan dengan seksama
gadis itu tetap saja berdiri sambil memegang penutup mata beberapa kali dia
menutup mata dan menengadahkan kedua tangannya, seakan ada yang ingin ia capai
dengan melewati pohon tersebut, juga ragu apakah dia bisa? Tetap saja aku
pandangi gadis cantik itu berdiri dengan tubuh tingginya, tak menghiraukan
banyaknya orang di sekitarnya,
Udara semakin dingin
mendung yang dari tadi menggumpal di langit seakan tak tahan menahan semua yang
dibawanya. Rintik hujan tengah malam itu mulai turun, tapi gadis itu masih
berdiri. Orang-orang sudah mulai berlari bergegas pulang takut hujan akan
menahannya di alun-alun selatan kota Jogja ini. Selang beberapa menit gadis itu
menutup matanya dan berjalan pelan, hujan membasahi pundak dan kepalaku, bukan
hanya aku tetapi gadis itu juga mulai basah, aku tak beranjak dan masih menatap
laju jalan gerak bidadari itu. Palan-palan gadis itu mulai melenceng dari jalur
yang dilewatinya, jauh dan tak bisa melewati tengah-tengah beringin tua
tersebut. Ketika mulai sadar saat membuka penutup mata gadis itu menagis dan
terduduk. Dia menangis meraung berteriak keras sekali. Aku tahu ia kecewa
dengan kanyataan bahwa dia tak bisa melewati, artinya apa yang tadi menjadi
doanya tak akan terkabul.
Dia masih terduduk,
hujan makin deras, aku sudah basah begitu juga dia. Aku berjalan pelan menuju
ke arah gadis itu, aku tak tega melihatnya menangis tengah malam diguyur hujan
sederas ini. Di sampingnya aku diam, ingin aku mengajaknya berteduh, tangisnya
masih belum kelar, aku biarkan dia menangis dengan harapan air matanya
mengurangi beban jiwa yang dia rasakan.
Sayup-sayup aku
mendengar desahnya dalam derasnya hujan.
“Tuhan, apa dia bukan
jodohku? Apa dia memang benar-benar sudah pergi dariku untuk selamanya, tuhan
kenapa ini tak adil, aku mencintainya Tuhan. “
Kemudian aku sadar,
bahwa yang dirasakan gadis ini sama dengan apa yang aku alami. Gadis ini ingin
mendapatkan cintanya lagi dengan cara melewati pohon pengabulan doa ini. Air
mataku ikut mengalir beriringan dengan tangisan mendung di langit sana, aku betul
betul merasakan apa yang dirasakan gadis cantik ini.
Kemudian aku beranikan
diri untuk berbicara
“Cinta itu suatu hal
yang rumit, tak bisa ditebak, dan selalu menjadi rahasia.” Dia menatapku tajam
dan kemudian berdiri.
“Siapa kamu? Apa kamu
malaikat yang dikirim Tuhan untuk mencabut nyawaku, ayo lakukan bunuh aku!!
Bunuh aku!! Cabut nyawaku aku sudah tak tahan hidup”
Gadis itu berteriak
memakiku, memukulku berkali-kali kemudian kupeluk tubuhnya beriringan dengan
air mata yang tercampur dengan derasnya hujan, aku tak peduli siapa dia dan
darimana, yang kutahu adalah dia sama denganku, nasib yang aku alami sama
dengan dia, aku dulu memang menangis, sakit hatiku remuk. Setahun yang lalu aku
adalah orang kehilangan segalanya, dan sekarang aku tak akan membiarkan gadis
ini menangis aku tak akan biarkan luka dalam hatinya menganga seperti aku dulu.
“Hei, kamu benar, aku
adalah malaikat yang dikirim Tuhan untukmu, tapi bukan untuk mencabut nyawamu,
melainkan untuk bercerita padamu dan menuntunmu untuk melewati dua pohon besar
itu,”
Dia masih menangis
tesedu, dia terus menangis dalam pelukanku, isaknya membuat aku trenyuh.
“Ssstt !! Udah, coba
kamu lihat kedua pohon itu, pohon itu begitu dekat, tapi apa pernah mereka
berpelukan? Bagaimana rasanya bila itu kita?”
Aku memapahnya untuk
duduk di pinggiran alun-alun di sebuah tempat mirip gapura, pelan aku berjalan,
udara makin dingin ditambah hujan yang tak kunjung reda, dia duduk beralasakan
lantai akupun duduk di sebelahnya..
“Kamu siapa? Kenapa
kamu peduli dengan aku?” Tanyanya sesaat setelah perlahan hilang isak dan
tangisnya.
“Kamu adalah aku yang
dulu”
“Maksudmu?”
“Sudahlah, sekarang
dengarkan baik baik… ” aku menghela nafas panjang.
“Apa yang kamu lakukan
tadi?” Tanyaku padanya.
“Aku.. Aku…”
“Kamu ingin supaya kamu
bisa mendapatkan cintamu lagi kan? Dengan cara kamu mencoba melewati pohon
keberuntungan itu”
“i iya.. Kok kamu
tau?!”
“Aku sebenarnya ingin
melakukanya, tapi setelah aku pikir-pikir, mana mungkin takdir Tuhan ditentukan
dengan hal yang sederhana seperti itu. Kalau menurutku pohon itu hanya berupa
sugesti, yang bisa melewati akan semangat untuk mendapatkan apa yang
diinginkanya, sedangkan yang gagal, akan putus asa dan tak meneruskan apa yang
menjadi niatnya, ahirnya selamanya dia tak akan mendapatkan apa yang
diinginkan”
Dia terdiam perlahan
dia mengangguk..
“Lalu apa yang harus
aku lakukan?”
“Kalau kamu ingin
mendapatkan cintamu lagi, selalulah berusaha jangan melakukan hal yang tidak
perlu seperti ini”
“Bantu aku!”
“Ayo bangun, aku akan
bantu kamu melewati pohon itu, dan biarkan sugesti itu membuatmu lebih
bersemangat”
Aku tuntun dia berdiri
di depan pohon itu, memasangkan penutup mata, lalu aku tuntun untuk melewati
tengah pohon itu.
Sesampainya di seberang
kubuka penutup matanya, senyum yang begitu indah muncul dari bibir mungilnya.
Seindah langit yang cerah karena mendung dan hujan seakan ikut berlalu menjauh
dari atas alun-alun keramat kota Jogja ini. Seiring senyumnya, seiring
candanya, dan aku akan selalu berusaha untuk melupakan wanita yang
meninggalkanku setahun lalu, menggantinya dengan harapan baru yang begitu indah
di hadapanku.
Sumber
: Komunitas Pena Santri, 2011
Bintang Akan Tetap Bercahaya
Akhi Dirman Al-Amin
Aku tatap wajah malam.
Semalam khayalan yang terbingkai dalam kenangan usang. Entah! Kembaraan rasa
yang membuncah kabut ini, ke telaga mana akan aku muarakan?
Sepi. Ya! Jua sepi ini.
Adalah sepi yang
merajam terlampau berdarah. Ataukah rindu yang begitu erat memeluk sukmaku yang
membeku?!
“Saudaraku…, sungguh!
Andai kita dekat dengan-Nya, kita tak akan merasa sepi. Merasa sendiri. Sebab,
ia selalu akan mengiringi kemanapun kita melangkah.”
Kata-katamu, selalu,
bagaikan salju-salju bening yang memberikan ketentraman bagi setiap kebekuan
hati. Adakah mampu terraih kembali? Sementara kini… kebekuan itu. Ya! Kebekuan
itu.
Ada bening yang menetes
di mataku. Kebeningan yang sebenarnya tak harus ku miliki, sebab aku lelaki.
Tapi apakah selamanya lelaki harus didokrin pernyataan bahwa lelaki tak boleh
cengeng?! Apakah seseorang yang menangis semata-mata karena kecengengan yang
childish?!
Aku tatap wajah malam,
semalam khayalku yang kembara ke segenap ruang diri.
“Sejauh manapun kita
mengembara. Sungguh! Hanya kepada-Nya kita akan kembali…” kata-katamu, suatu
hari. Aku hanya menyimpulkan senyum menanggapi keseriusan wajahmu.
“Jangan terlalu puitis,
hey! Aku bukan Taufik Ismail!” Ucapku, tanpa bisa menyembunyikan senyum.
“Padahal kita pernah
berjanji pada-Nya.” Ucapmu, masih dengan mimikmu yang serius.
“Janji apa? Pada
siapa?”
“Ketika Dia menciptakan
kita, kita pernah berjanji. Bahwa kita akan selalu ta’at dan patuh pada
perintah-Nya. Tapi… mengapa kita sering lupa diri?! Bahkan terlalu sering.”
Kita memang berbeda. Sungguh
berbeda. Meskipun usia kita hanya berselang beberapa menit, atau wajah kita
yang membuat orang bingung membedakan; yang mana Hasan dan yang mana Husen.
Apalagi hobi kita yang nyaris sama: Mengganggu cewek cakep alias play boy cap
kodok (Begitu teman-teman menjuluki kita). Sampai, suatu hari, entah kemasukan
malaikat dari mana, engkau berubah dratis. Mungkin itu karena pengaruh Yudi,
sahabat sekelasmu yang aktif di Rohis Sekolah dan terkenal karena alim dan
sopan.
Sejak itu, engkau
menjadi alien yang begitu asing. Engkau sering menolak, ketika kuajak
jalan-jalan atau sekedar menonton pameran pergelaran musik dari band terkenal
yang dulu sangat kau sukai, bahkan kau sering menghabiskan uang sakumu untuk
sekedar membeli segala sesuatu yang berhubungan dengan mereka, mulai dari
stiker, kaset, poster dan benda-benda lainnya.
“Kayaknya nasyid lebih
damai dan mendidik.” Katamu, ketika kutanyakan tentang ‘musik’ barumu yang aneh
itu. bahkan kau kini lebih sering menghabiskan waktumu dengan kegiatan-kegiatan
sosial bersama anak-anak Rohis dan Remaja masjid.
“Sesungguhnya manusia
terbaik di sisi Allah adalah yang bermanfaat bagi ummat.”
Selalu,
kelembutan-kelembutan salju menjelma dalam kata-katamu. Kadang aku ingin
menyelami kedalaman lembutnya telaga yang kau noktahkan dalam pancaran sinar
bola matamu, tapi aku ragu… apakah aku mampu?! Sungguh! Bintang itu terlampau
jauh untuk kugapai.
Dan… setelah tamat SMU,
engkau membuat keputusan yang di luar dugaanku. Aku pikir, dalam hal yang satu
ini kita akan tetap satu pilihan: Kuliah di FKUI! Ternyata engkau telah
benar-benar berubah.
Al-Azhar Kairo Mesir
ternyata telah menambat hatimu sedemikian dalam. Aku berusaha mencegahmu, Mama
dan Papapun demikian. Tapi, akhirnya kami harus melepaskanmu juga. Dan aku? Aku
tetap pada cita-citaku semula; FKUI!
Empat bulan kemudian,
engkau mengirimkan surat buat kami. Rasanya masih bisa kuhafal isi suratmu…
Hasan saudaraku yang
insya Allah dalam lindungan Allah…,
Alhamdulillah, segala
puji bagi Allah SWT dan salawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi
Muhammad SAW, para sahabat dan keluarga, serta orang-orang yang berjihad di
jalan Allah hingga akhir hayat.
Bagaimana kuliahmu?
Alhamdulillah engkau bisa menembus UMPTN FKUI sebagaimana cita-citamu.
Alhamdulillah juga aku telah diterima di Fakultas Ushulludin Al-Azhar Kairo.
Dek…, di Al-Azhar
kuliahnya dibagi dalam dua kelompok yaitu Ilmiyah (Sains) dan Adabi (Agama).
Yang jelas syariat Islam betul-betul diterapkan. Bayangkan saja, di sini ada
Fakultas khusus putri (Kulliyatul banat) yang terpisah dari Putra (Kulliyatul
Banin).
Nulis apa lagi, ya?!
(Bingun nih! Soalnya nggak biasa nulis surat, hehehe…)
Dan… hey! Kabarnya
puisi-puisi dan cerpen-cerpenmu dimuat di Annida dan Horison ya?! Jangan lupa
bagi-bagi honornya. (Sejak kapan suka nulis, dek?!)
Entahlah! Mungkin kau
akan menahan kekecewaan yang sangat, ketika tahu akan keadaanku yang
sebenarnya. Tulisan-tulisan yang penuh kemunafikkan dan kebohongan mengalir
bagai air bah dalam otakku. Tulisan-tulisan yang, entah kenapa, membuat sesuatu
yang damai mengalir dalam dadaku. Aku sendiri tak tahu, apa itu? Apakah ini
hidayah?!
Ah. sudahlah…
Rasanya, aku jadi
betul-betul ingin ke Mesir, tiap kali membaca suratmu dengan nada rindu.
Tentang kuil Abi simbel, puluhan pyramid, Sphynk atau juga tentang juga tentang
karya seni masa lalu dan huruf hieroglif yang penuh misteri.
Kadang, lewat E-Mail,
engkau ceritakan juga tentang sungai Nil, seperti yang disebutkan Herodatus
(Sejarawan Yunani kuno pada 500 Sebelum Masehi) yang menjadi pusat peradaban
Mesir hingga kini. Di tepi sungai Nil dibangun sejumlah kawasan dan perkotaan
nan elok, seperti Alexandria dan Luxor di tengah-tengah sungai yang merentang
dari utara hingga selatan wilayah Mesir.
Tiga tahun kemudian,
engkau menelpon kami. Engkau mengabarkan sekaligus meminta ijin pada Mama dan
Papa untuk mengkhitbah Ummayah, seorang Ukhti berkebangsaan Irak, yang sedang
menjalani kuliah di Al-Azhar. Dua bulan kemudian, kalian walimahan. Hanya do’a
yang dapat aku kirimkan dari jauh, karena aku sedang ujian sehingga tidak bisa
ke Mesir. Hanya mama dan Papa yang ke sana.
Ah. betapa beruntungnya
kau, sebab separuh dien-mu telah kau tegakkan. Dan pastilah istrimu adalah
seorang Aisya yang memancarkan ketakwaan dan insya Allah akan memberikan
anak-anak yang sholeh dan sholihat yang akan mengibarkan panji Islam.
Dan, Lima minggu yang
lalu, bersama Ummayah tepatnya tanggal 25 Pebruari, engkau bersilaturrahmi ke
Indonesia. Ke tanah dimana engkau dilahirkan. Dan masih, kebeningan salju
mengalir dalam kata-katamu.
Ummayah betul-betul
seperti yang kubayangkan. Seorang wanita yang menutup erat aurat dengan jilbab
lebarnya. Wajahnya memancarkan kelembutan seorang Aisya.
Sayangnya, kalian hanya
dua minggu di Indonesia, karena harus kembali ke Mesir sekaligus mampir untuk
mengunjungi negeri 1001 malam dimana Ummayah dilahirkan. Aku melepaskanmu
dengan canda, “Kirimkan aku beberapa drum minyak!”
Engkau tertawa kecil.
Ummayah-pun membingkai senyum kecil di bibirnya, ketika engkau menterjemahkan
kekonyolanku dalam bahasa Arab.
Al-Soweira, itulah
tempat Ummayah dilahirkan. Adalah sebuah kota kecil yang terletak 100 Km di
sebelah selatan Baghdad.
Dan, malam ini, kutatap
wajah langit yang hitam. Sehitam khayal yang aku kembarakan bersama rindu yang
mencucuk ubun-ubun. Bintang-bintang berlayar menjadi penerang kelabu malam,
mengingatkanku pada ucapanmu dulu…
“Kita adalah bintang
yang seharusnya bercahaya, sekalipun kita tak memiliki cahaya sendiri. Sebab Ia
akan memberikan cahaya pada setiap pembawa Cahaya-Nya…”
Andai kau tahu. Aku
mengingat setiap ucapanmu dengan segenap kekalutan. Kekalutan pada
berita-berita tentang penyerangan Amerika ke Irak. Kekalutan karena
Al-Soweirapun telah luluh lantah dihantam bom. Kekalutan memandang wajah-wajah
yang terbaring dalam kesakitan yang perih di rumah sakit Al-Mutansaniya Collage
yang menampung korban perang dari rakyat Irak. Seringkali aku teliti satu per
satu wajah yang terpampang dalam sakit di layar kaca, tapi mengapa tak
kutemukan wajahmu?!
Ataukah… kebekuan itu
telah benar-benar menjemputmu?!
Ketika Dia menciptakan
kita, kita pernah berjanji bahwa kita akan taat pada-Nya.
Manusia terbaik di sisi
Allah adalah yang bermanfaat bagi ummat.
Sesungguhnya kita
adalah bintang yang seharusnya bercahaya…
Ada buncahan tangis
yang ingin kumuntahkan dalam bening mataku. Betapa pongahnya aku. Mengapa baru
ketika engkau yang menjadi korban, aku baru menyadari bahwa duka muslim di
Irak, Checnya, Palestina, Afghanistan, Bosnia, Aceh, Ambon dan di belahan dunia
lainnya adalah juga airmataku?! Bahwa seumpama sarang laba-laba kita seharusnya
saling menguatkan?!
Berkali-kali kuhubungi
kau lewat E-Mail dan handphone, tapi hanya dengungan panjang yang terdengar.
Sama halnya dengan airmata kami yang mengenangmu dalam tangis dan do’a.
Sesungguhnya kita
adalah bintang… kita adalah bintang… adalah bintang… bintang… bintang… bintang!
Butir-butir bening memenuhi mataku. Ku-dzikirkan do’a-do’a semoga Allah kan
terima.
Dan sepertimu, insya
Allah aku akan menjadi salah satu dari sekian bintang yang akan berpijar menyampaikan
cahaya sang Pemberi Cahaya. Do’akanlah aku…
PS: Jika kebekuan itu
telah menjemputmu, hanya do’a semoga di jannahNya engkau ditempatkan. Tapi
andai napasmu masih berdiam dalam jasad, kirimkanlah kabarmu lewat angin agar
kelembutan salju yang menjelma dalam tiap kata-katamu masih bisa kueja.
Rato-Dorowila, 30 April 2003
Sumber
: Komunitas Pena Santri, 2011
Setelah membaca dua
cerpen diatas, kamu akan mendapati beberapa persamaan dan perbedaaan antara dua
cerpen diatas. Dari sisi penokohan cerpen Pohon Keberuntungan, tokoh utama
adalah aku . Nilai sosial budaya sangat kental dalam cerpen ini. Dari mitos
sepasang pohon beringin yang ada di tengah alun-alun kota jogja sampai
pendeskripsian keramahan orang pribumi. Sedangkan pada cerpen Bintang Akan
Selalu Bersinar adalah Hasan dan Husen yang berbeda karakter walau mereka
adalah sepasang anak kembar. Cerpen ini lebih menekankan pada nilai religi.
Latihan!
|
Bacalah kumpulan cerpen yang ada di
perpustakaan!
1.
Pilihlah dua cerpen yang paling menarik dari kumpulan cerpen yang kamu
baca!
2.
Bandingkanlah penokohan dan bahasa
yang digunakan pada dua cerpen tersebut!
3.
Analisa juga nilai-nilai yang terkandung dalam dua cerpen tersebut!
4.
Tukarkan cerpenmu dengan temanmu, lalu analisis cerpen yang kamu tukarkan!
5.
Bandingkan hasil kedua analisis tersebut dengan teman yang kamu ajak
bertukar cerpen!
6.
Laporkanlah hasil membaca dan menganalisis kumpulan cerpen!
D.
Menulis Resensi Buku
Pernahkah
diantara kalian yang pernah meresensi buku? Dan tahukah apa yang dimaksud
dengan resensi itu? Resensi jika dari bahasa Latin, revidere (kata
kerja) atau recensie. Artinya “melihat kembali, menimbang,
atau menilai.” Tindakan meresensi mengandung “memberikan
penilaian, mengungkapkan kembali isi pertunjukan, membahas, dan mengkritiknya.”
Resensi
dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang sebuah karya
sehingga pembaca mengetahui apakah karya yang diresensi itu merupakan karya
yang bermutu atau tidak. Resensi akan sangat bermanfaat apabila karya yang
diresensi relatif masih baru. Semakin baru karya yang diresensi, semakin baik.
Hal itu dimaksudkan agar pembaca segera mengetahui apakah karya itu layak untuk
dinikmati atau tidak..
Ø Unsur-unsur dalam resensi
Sekurang-kurangnya
dalam resensi terdapat hal-hal berikut ini:
· Judul resensi;
· Identitas karya (buku) yang diresensi;
· Uraian tentang jenis karya yang diresensi;
· Uraian tentang kelebihan dan kekurangan karya yang diresensi; dan
· Kesimpulan yang berisi penegasan kembali mengenai layak tidaknya karya
tersebut untuk dinikmati oleh pembaca.
Ø Langkah-langkah menulis resensi
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis
resensi adalah:
1.
Tahap persiapan meliputi:
a) Membaca contoh-contoh
resensi; dan
b) Menentukan buku yang akan
diresensi.
2.
Tahap pengumpulan data meliputi
a) Membaca buku yang akan
diresensi;
b) Menandai bagian-bagian yang
akan dijadikan kutipan sebagai data meliputi hal-hal yang menarik dan tidak
menarik dari buku yang diresensi;
c) Mencatat data-data
penulisan resensi yang telah diperoleh melalui membaca buku yang diresensi.
3.
Tahap penulisan meliputi:
a) Menuliskan identitas buku;
b) Mengemukakan isi buku
(sinopsis dan unsur-unsur intrinsik lainnya );
c) Mengemukakan kelebihan
dan kekurangan buku baik dari segi isi maupun bahasa;
d) Merevisi resensi dengan
memperhatikan susunan kalimatnya, kepaduan paragrafnya, diksinya, ejaan dan
tanda bacanya.
e) Membuat judul resensi
Ø Cara menemukan kelebihan dan kekurangan buku yang diresensi, adalah
sebagai berikut:
a)
Membandingkan buku yang diresensi dengan buku
lain yang sejenis baik oleh pengarang yang sama maupun oleh pengarang lain yang
meliputi segi isi atau pun bahasanya (untuk novel meliputi semua unsur
intrinsiknya);
b)
Mencari hal-hal yang menarik atau disukai dan
hal-hal yang tidak disukai dari buku tersebut dan mencari alasan mengapa
demikian.
Berikut ini adalah contoh resensi.
1.
Identitas
Buku
Judul Cerpen : Cinta adalah Kesunyian
Nama
Pengarang : Gabriel Garcia Marquez
Penerbit : Pusaka Sastra LKiS Yogyakarta
Tebal Buku : 164 halaman
2.
Sinopsis
Florentino
Ariza sebagai tokoh utama dalam cerpen ini menggambarkan seorang lelaki dewasa yang
selalu melamunkan dan membayangkan pujaan hatinya. Fermina Daza, perempuan
khayalannya itu tak banyak diceritakan dalam cerpen ini. Namun pengarang lebih
menekankan inti cerita pada arti cinta dan kesunyian. Dalam perjalan Florentino
Ariza, ia mendapatkan kejadian yang sangat tak terduga. Suatu cinta ia dapat
dengan sekejap dengan seorang wanita yang tak ia kenal sedikit pun dan hilang
begitu saja dalam kesunyian. Dengan bagaimana Florentino Ariza mendapatkan
cinta sesaatnya itu? Coba luangkan sdikit waktu untuk membaca cerpen peraih
Nobel Sastra ini, mungkin akan menambah inspirasi karya sastra kita.
3.
Isi
Unsur Instrinsik:
a.
Tema : Cinta dan Kesunyian
b.
Setting : Perjalanan di sungai dengan menggunakan
kapal
c.
Alur : Maju dan mundur
d.
Tokoh : Florenzino Ariza, Kapten Kapal, Duta Besar
Inggris dan Wanita misterius
Perwatakan:
a.
Florenzio
Ariza orang yang tenang dan tidak gegabah.
b.
Kapten
Kapal orang yang tegas dan melaksanakan tugasnya.
c.
Duta
Besar Inggris orang yang kurang arif dan semaunya.
d.
Wanita
misrerius orang yang misteri dan tak pernah memikir panjang.
Sudut
Pandang
Pengarang sebagai orang ketiga yang banyak tahu.
Amanat
“Cinta dengan nafsu sesaat hanya membuat kenikmatan
sesaat dan mengakibatkan keterburukan sendiri”
Unsur Ekstinsik
-
Nilai
Moral : Cinta itu bukan nafsu sesaat kenikmatan dunia, hal seperti ini hanya
membuat -seseorang terjun dalam keterpurukannya, penyesalan dan kehilangan
harga dirinya.
-
Nilai
Sosial : Jabatan setinggi apapun sepatutnya tetap menghargai sesama dan makhluk
hidup lainnya. Serta, alangkah baiknya seseorang berinteraksi telah saling
mengenali satu-sama lain.
-
Nilai
Budaya : Kebiasaa masa orang Eropa dengan sistem kenegaraannya. Dalam cerpen
ini sangat menggambarkan suasana zaman peperangan di negara itu dan adat tunduk
serta hormat pada seorang Duta Besar.
4.
Kelebihan
dan Kelemahan
·
Keunggulan Cerpen
Dalam cerpen ini,
pengarang menitikberatkan gambaran dan bahasa sastra lama, kebahasaan yang
sangat dijiwai pengarang membuat para pembaca kagum. Dan membuat para pembaca
lebih terinpirasi. Terutama pada diakhir-akhir alinea, mulai terlihat ciri
pengarangyang menggambarkan cerita dapat berakhir dengan hal apapun, tak harus
sedih atau pun senang.
·
Kelemahan Cerpen
Cerita ini memang
menggambarkan abad dua puluhan yang kemungkinan besar banyak pembaca sulit
membayangkan masa itu. Dan mungkin tak sedikit pembaca akan berhenti di lembar
kedua, karena di masa kini sulit untuk memahami bacaan yang tinggi
kebahasaannya.
5.
Tanggapan
penulis resensi
Sebagai
peresensi berdasarkan dari keunggulan dan kelemahan cerpen ini menilai bahwa
cerpen ini baik untuk dipublikasikan karena akan menambah imajinasi pembaca dan
mencoba untuk memotifasi menjadi penulis.
Latihan!
|
Ayat-Ayat Cinta
Fahri sedang dalam perjalanan menuju
Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara kota
Cairo, untuk talaqqi (belajar secara face to face pada seorang syaikh) pada
Syaikh Utsman, seorang syaikh yang cukup tersohor di Mesir.
Dengan menaiki metro, Fahri berharap ia
akan sampai tepat waktu di Masjid Abu Bakar As-Shiddiq. Di metro itulah ia
bertemu dengan Aisha. Aisha yang saat itu dicacimaki dan diumpat oleh
orang-orang Mesir karena memberikan tempat duduknya pada seorang nenek
berkewarganegaraan Amerika, ditolong oleh Fahri. Pertolongan tulus Fahri
memberikan kesan yang berarti pada Aisha. Mereka pun berkenalan. Dan ternyata
Aisha bukanlah gadis Mesir, melainkan gadis Jerman yang juga tengah menuntut
ilmu di mesir.
Di Mesir Fahri tinggal bersama dengan
keempat orang temannya yang juga berasal drai Indonesia. Mereka adalah Siful,
Rudi, Hamdi, dan Misbah. Mereka tinggal di sebuah apartemen sederhana yang
mempunyai dua lantai, dimana lantai dasar menjadi temapt tinggal Fahri dan
empat temannya, sedangkan yang lanai atas ditemapati oleh keluarga Kristen
Koptik yang sekaligus menjadi tetangga mereka. Keluarga ini terdiri dari Tuan
Boutros, Madame Nahed dan dua oranga nak mereka, taitu Maria dan Yousef.
Walau keyakinan dan aqiqah mereka
berbeda, tapi antara keluarga Fahri dan Tuan Boutros terjalin hubungan yang
sangat baik. Terlebih Fahri dan Maria berteman begitu akarab. Fahri menyebut
Maria sebagai gadis koptik yang aneh. Bagaimana tidak, Maria mampu menghafal
surat Al-Maidah dan surat Maryam.
Selain bertetangga dengan keluarga Tuan
Boutros, Fahri juga mempunyai tetangga lain berkulit hitam yang perrangainya
berbanding seratusdelapan puluh derajat dengan keluarga Boutros. Kepala
keluarga ini bernama Bahadur. Istrinya bernama madame Syaima dan anak-anaknya
bernama Mona, Suzanna, dan Noura.
Bahadur, madame Syaima, Mona, dan
Suzanna sering menyiksa noura karena rupa serta warna rambut Noura yang berbeda
dengan mereka. Noura berkulit putih dan berambut pirang. Ya, nasib Noura memang
malang.
Suatu malam Noura diusir Bahadur dari
rumah. Noura diseret ke jalan sembari dicambuk. Tangisannya memilukan. Fahri
tidak tega melihat Noura diperlakukan demikian oleh Bahadur. Ia meminta Maria
melalui sms untuk menolong Noura. Fahri tidak bisa menolong Noura secara
langsung karena Noura bukan muhrimnya. Maria pun bersedia menolong Noura malam
itu. Ia membawa Noura ke flatnya.
Fahri dan Maria berusaha mencari tahu
siapa keluarga Noura sebenarnya. Mereka yakin Noura bukanlah anak Bahadur dan
madame Syaima.
Dan benar. Noura bukan anak mereka.
Noura yang malang itu akhirnya bisa berkumpul bersama orang-orang yang
menyayanginya. Ia sangat berterima kasih pada Fahri dan Maria.
Sementara itu, Aisha tidak dapat
melupakan pemuda yang baik hati mau menolongnya di metro saat itu. Aisha
rupanya jatuh hati pada Fahri. Ia meminta pamannya Eqbal untuk menjodohkannya
dengan Fahri. Kebetulan, paman Eqbal mengenal Fahri dan Syaik Utsman. Melalui
bantuan Syaik Utsman, Fahri pun bersedia untuk menikah dengan Aisha.
Mendengar kabar pernikahan Fahri, Nurul
menjadi sangat kecewa. Paman dan bibinya sempat datang ke rumah Fahri untuk
memberitahu bahwa keponakannya sangat mencitai Fahri. Namun terlambat! Fahri
akan segera menikah dengan Aisha. Oh, malang benar nasib Nurul.
Dan pernikahan Fahri dengan Aisha pun
berlangsung. Fahri dan Aisha memutuskan untuk berbulanmadu di sebuah apartemen
cantik selama beberapa minggu.
Sepulang dari ‘bulanmadu’nya, Fahri
mendapat kejutan dari Maria dan Yousef. Maria dan adiknya itu datang ke rumah
Fahri untuk memberikan sebuah kado pernikahan. Namun Maria tampak lebih kurus
dan murung. Memang, saat Fahri dan Aisha menikah, keluarga Boutros sedang pergi
berlibur. Alhasil, begitu mendengar Fahri telah menjadi milik wanita lain dan
tidak lagi tinggal di flat, Maria sangat terpukul.
Kebahagian Fahri dan Aisha tidak
bertahan lama karena Fahri harus menjalani hukuman di penjara atas tuduhan
pemerkosaan terhadap Noura. Noura teramat terluka saat Fahri memutuskan untuk
menikah dengan Aisha.
Di persidangan, Noura yang tengah hamil
itu memberikan kesaksian bahwa janin yang dikandungnya adalah anak Fahri.
Pengacara Fahri tidak dapat berbuat apa-apa karena ia belum memiliki bukti yang
kuat untuk membebaskan kliennya dari segala tuduhan. Fahri pun harus mendekam
di bui selama beberapa minggu.
Satu-satunya saksi kunci yang dapat
meloloskan Fahri dari fitnah kejam Noura adalah Maria. Marialah yang bersama
Noura malam itu (malam yang Noura sebut dalam persidangan sebagai malam dimana
Fahri memperkosanya).
Tapi Maria sedang terkulai lemah tak
berdaya. Luka hati karena cinta yang bertepuk sebelah tangan membuatnya jatuh
sakit. Tidak ada jalan lain. Atas desakan Aisha, Fahri pun menikahi Maria.
Aisha berharap, dengan mendengar suara dan merasakan sentuhan tangan Fahri,
Maria tersadar dari koma panjangnya. Dan harapan Aisha menjadi kenyataan. Maria
dapat membuka matanya dan kemudian bersedia untuk memberikan kesaksian di
persidangan. Alhasil, Fahri pun terbebas dari tuduhan Noura. Dengan kata lain,
Fahri dapat meninggalkan penjara yang mengerikan itu.
Noura menyesal atas perbuatan yang
dilakukannya. Dengan jiwa besar, Fahri memaafkan Noura. Dan, terungkaplah
bahawa ayah dari bayi dalam kandungan Noura dalah Bahadur.
Fahri, Aisha, dan Maria mampu menjalani
rumah tangga mereka dengan baik. Aisha menganggap Maria sebagai adiknya,
demikian pula Maria yang menghormati Aisha selayaknya seorang kakak. Tidak ada
yang menduga jika maut akhirnya merenggut Maria. Namun Maria beruntung karena
sebelum ajal menjemputnya, ia telah menjadi seorang mu’alaf.
Ø Bacalah
penggalan novel diatas, lalu jawablah soal-soal dibawah ini!
1.
Sebutkan butir - butir yang merupakan
kelebihan dan kekurangan novel tersebut !
2.
Tuliskan pendapat pribadi sebagai
tanggapan atas novel tersebut !
3.
Tuliskan dan beri tanggapan terhadap resensi yang kamu buat !
Rangkuman
ü
Syair adalah puisi atau
karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya
terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti
atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud).
ü Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kritik adalah kecaman atau tanggapan,
kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu
hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Kritik yang baik adalah apabila
disampaikan dengan kalimat yang tepat dan santun serta bersifat membangun. Memuji adalah
mengemukakan pernyataan rasa pengakuan dan penghargaan yang tulus akan
kebaikan (keunggulan) sesuatu.
ü Penilaian
terhadap sebuah karya haruslah objektif atau berdasarkan fakta-fakta dan
tidak memihak. Pengungkapan pujian terhadap kelebihan sebuah karya
sebaiknya tidak berlebihan dan tidak menjatuhkan karya lain. Demikian
juga dalam menyampaikan kritik terhadap kekurangan yang ada.
ü Membandingkan cerpen adalah menemukan perbedaan
dan persamaan pada cerpen yang dibaca.
ü Resensi jika dari bahasa Latin,
revidere (kata kerja) atau recensie. Artinya “melihat
kembali, menimbang, atau menilai.” Tindakan meresensi
mengandung “memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi
pertunjukan, membahas, dan mengkritiknya.”
ü Resensi
dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang sebuah karya
sehingga pembaca mengetahui apakah karya yang diresensi itu merupakan karya
yang bermutu atau tidak. Resensi akan sangat bermanfaat apabila karya yang
diresensi relatif masih baru. Semakin baru karya yang diresensi, semakin
baik. Hal itu dimaksudkan agar pembaca segera mengetahui apakah karya itu
layak untuk dinikmati atau tidak..
|
T im Penyusun
Nama : Hendrik Septian
Tempat/ tanggal lahir : Ciamis, 27 September 1991
Alamat :
Desa Kawasen Rt. 17 Rw. 05 No. 58 Banjarsari
Nama :
Ade Tatang
Tempat/ tanggal lahir :
Ciamis, 18 Januari 1988
Alamat :
Jln. Lingga Kencana No. 58 RT. 02 RW. 08 Dsn. Banjarwaru. Desa Kawali Kec.
Kawali
Nama :
Emmie Apriani
Tempat/ tanggal lahir :
Cilacap, 14 April 1991
Alamat :
Jln. Raya Kunci RT. 02 RW. 05 Desa Kunci Kec. Sidareja Kab. Cilacap.
Pelajaran 4
Nama : Tatang Tahyudin
Tempat/ tanggal lahir : Ciamis, 10 April 1991
Alamat : Situ Mandala RT. 01
RW. 01 Rancah.
Keterangan :
*Editor variasi : Ade Tatang
Penyusunan materi : Masing-masing