Sabtu, 29 November 2014

MAKALAH Ragam Seni dan Budaya

MAKALAH Ragam Seni dan Budaya


Di nusantara ini banyak sekali ragam karya seni dan budaya dari tiap pulau. Diantaranya, angklung, reog ponorogo, batik, tari jaipong, dan juga masih banyak yang lainnya karya seni dan budaya yang ada di Indonesia ini. Tidak hanya ragam seni dan budaya asli Indonesia ini yang berkembang di Bumi Pertiwi ini, tapi ada juga ragam seni dan budaya dari negara lain yang berkembang di Indonesia ini. Misalnya syair yang berasal dari tanah Melayu yang berkembang di Indonesia ini.
Dalam pelajaran 2 ini, kita akan mempelajari dan membahas tentang ragam karya seni dan budaya yang berasal dari Indonesia dan dari negara lain. Selain itu juga kita akan belajar bagaimana caranya mengkritik dan memuji sebuah karaya seni dengan menggunakan bahasa yang sopan dan lugas, cara membaca dan menganalisis sebuah cerpen, dan cara menulis resensi sebuah buku.
Setelah kita mempelajari itu semua, pengetahuan kita akan lebih mendalam tentang ragam seni dan budaya yang ada di Bumi Nusantara ini.





A.         Mendengarkan Pembacaan Syair


Apa yang kamu ketahui tentang syair? Pernahkah kamu mendengar kata syair? Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud).
Dalam pelajaran kali ini kamu akan belajar memahami syair. Coba dengarkan pembacaan syair yang disajikan didepan kelas. Cermati dan pahamilah makna yang terkandung dalam syair yang disajikan!






Syair Kerajaan Bima
Lukman



Bismillah itu mula dikata
Ar-rahman ar-rahim ketiganya serta
Itulah isim Allah Tuhan kita
Diucap Islam sekalian rata

Alhamdulillah puji insani
Diturunkan Allah Malik ar-Rabbani
Berkat Muhammad Sayid ar-Ruhai
Inilah makam mukmin nurani

Ayo segala muda yang berhati
Mengapakan tuan melupakan mati
Malik al-maut hadir menanti
Mengambil nyawa berganti-ganti

Ingat-ingat awang dan dayang
Hidup kita nin umpama wayang
Sementara nyawa belumlah melayang
Perbuatlah ibadat malam dan siang

Dunia ini tempat kita berhenti
Janganlah taksir berbuat bakti
Disuruhkan Tuhan Rabbi al-Izzati
Sementara hidup belumlah mati

Akan harta jangan kau sebal
Akhirnya kelak hatimu menyesal
Bicaramu kelam hilanglah akal
Tiadalah terkenang kepada ajal

Harta dicari sedikit sampai
Sekadar cukup makan dan pakai
Bicara yang jahat jangan dicapai
Di dalam kubur tak rapai-rapai

Sungguhpun harta terlalu mulia
Tatkala mati tinggallah dia
Amal ibadat yang teguh setia
Barang ke mana sertalah ia

Inilah kisah suatu syair
Dikarang seorang khatib yang fakir
Bukannya hamba berbuat sindir
Nyatalah Allah yang empunya takdir

Dengarkan tuan ikat-ikatan
Dikarang oleh Khatib Lukman
Tempat menaruh peringatan
Supaya ada akan jadi zaman

Datanglah takdir Wahid al-Kahar
Pada hijrat an-nabi Sayyid al-Basyar
Seribu dua ratus tahun tersesar
Dua puluh delapan lebihnya berkisar

Pada tahun jim awal mulanya
Diturunkan bala kepada hambanya
Tanah Bima hangus semua padinya
Laparlah orang sekalian isinya

Laparlah itu terlalu sangat
Rupanya negeri tiada bersemangat
Serasa dunia bekas kiamat
Sukarlah gerangan baiknya bangat

Tatkala zaman dari nenek moyang
Belumlah ada bagai sekarang
Sekadar kita membeli larang
Tiadalah mari sekalian orang

Orang pun tiada yang berpindah
Masing-masing di negerinya ada
Kecil dan besar tua dan muda
Dimakanlah barang yang hadir ada

Zaman sekarang ajaib terlalu
Orang pun mati beribu-ribu
Tiadalah menaruh takut dan malu
Anak dijual bapak dan ibu

Masing-masinglah membawa diri
Tiadalah indahkan anak istri
Makan minum seorang diri
Tiadalah menoleh kanan dan kiri

Adalah hujan lalu tertanam
Padinya jadi sangatlah kelam
Datanglah takdir Khalik al-Alam
Turunlah abu dua hari tiga malam

Abu pun banyak datang menimbun
Rebahlah padi bersusun-susun
Sebagai tikar dihampar konon
Tiada boleh lagi dibantun

Waktu subuh fajar pun merekah
Diturunkan Allah bala celak



Sumber : Kerajaan Bima dalam Sastra dan sejarah (Henri Chambert-Loir, 2007)
Syair Kerajaan Bima mengisahkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Kesultanan Bima pada kurun 1815-1829. Ada empat kejadian yang diceritakan dalam syair tersebut: yang pertama adalah mengisahkan wafatnya sultan,yang kedua mengisahkan diangkatnya pengganti sultan,yang ketiga mengisahkan serangan perompak dan yang keempat mengisahkan meletusnya Gunung Tambora.
Ø  Kata kata sulit dalam syair ”Kerajaan Bima”:
a)             Ar –rahman = Maha Pengasih
b)             Ar-rahim = Maha Penyayang
c)             Mukmin = orang yang percaya kepada Allah
d)             Awang awang = ke langit
e)             Dayang = Anak perempuan
f)              Rebah = Tumbang,roboh atau jatuh
g)             Fajar = dini hari atau pagi buta
h)             Bala = rombongan atau pasukan
i)               Fakri = orang miskin
Setelah mendengarkan pembacaan syair diatas, kamu tentu telah memiliki gambaran mengenai isi syair dan kata kata sulit yang terdapat dalam syair. Seperti halnya syair yang dibacakan oleh salah satu temanmu tadi didepan kelas dengan isi syair dan kata kata sulit yang terdapat dalam syair.

Latihan!

 



Dengarkan pembacaan syair berikut ini yang akan dibacakan oleh salah seorang teman kamu, dan Jawablah pertanyaan berikut ini!!
1.    Ceritakan isi syair yang disimak dengan menggunakan kata kata sendiri!
2.    Temukan makna kata kata sulit yang terdapat dalam syair yang di simak!

Syair Perahu
 Hamzah Fansuri


Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah
Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.
Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.
Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.
Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.
Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.
Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.
Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.
Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.
Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.
Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.
La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.
Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.
Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.
Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.
Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.
Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.
Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.
Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.
Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.
Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.
“Taharat dan istinja’” nama lantainya,
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.
Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.
“Wallahu a’lam” nama rantaunya,
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.
Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.
Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.
Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.
Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.
Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
(baris ini tidak terbaca)
Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.
Kenali dirimu, hai anak dagang!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?
La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.
La ilaha illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.
La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da’im dan ka’im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.
La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.
La ilaha illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.
La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.
La ilaha illallahu itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.
La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.








B.         Mengkritik dan Memuji Karya Seni

Tahukah kamu tentang karya seni? Dan tahukah apa saja bentuk karya seni itu? Karya seni adalah ciptaan yang dapat menimbulkan rasa indah bagi orang yang melihat, mendengar, atau merasakannya.
Pernahkah menikmati sebuah karya seni? Apa yang kamu lakukan selanjutnya? Tentu saja sadar ataupun tidak kamu akan melakukan penilaian atau mengkritik karya seni yang kamu nikmati. Misalnya saat akan melihat motif batik, kamu akan langsung menilai motif batik  itu bagus atau tidak. Penilaian yang sederhana, tapi itulah penilaian yang lazim. Jadi, apa sebenarnya mengkritk itu?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Kritik yang baik adalah apabila disampaikan dengan kalimat yang tepat dan santun serta bersifat membangun. Memuji adalah mengemukakan pernyataan rasa pengakuan dan penghargaan yang tulus akan kebaikan (keunggulan) sesuatu.
Di media  massa sering kita jumpai rubrik kritik karya seni. Misalnya kritik terhadap buku (resensi buku), kritik terhadap film, kritik terhadap lukisan, kritik terhadap seni rupa, dan sebagainya. Dalam pembelajaran ini siswa akan berlatih mengkritik atau memuji karya seni yang berupa lukisan yang terdapat di lingkungan sekolah.
 Penilaian terhadap sebuah karya haruslah objektif atau berdasarkan fakta-fakta dan tidak memihak. Pengungkapan pujian terhadap kelebihan sebuah karya sebaiknya tidak berlebihan dan tidak menjatuhkan karya lain. Demikian juga dalam menyampaikan kritik terhadap kekurangan yang ada
 Perhatikan contoh beberapa ungkapan pujian ataupun kritik terhadap sebuah hasil karya seni berikut ini!

Menjelaskan Tentang Cara Mengkritik atau Memuji Karya Seni

NGADIMAN, BERBAGI ILMU ECENG GONDOK
Ada pepatah berbunyi: “Carilah ilmu sampai ke negeri Seberang!” Kalau sudah mendapatkan ilmunya, apalagi mampu menerapkan ilmu itu untuk menghasilkan sesuatu, ya janganlah lupa saling berbagi kepada sesama.
Jika tidak dibagi, ilmu pada akhirnya akan ikut kita ke liang lahat. Terkubur, tanpa bisa diwariskan dan dikembangkan lagi oleh generasi berikutnya. Prinsip itulah yang  kerap diungkapkan oleh Ngadiman (38) perajin eceng gondok asal Sragen, Jawa tengah.
Hanya dalam waktu sebulan, Ngadiman sudah mampu menyadarkan sebagian besar masyarakat pinggiran Danau Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara, untuk mau bepikir, berlatih, dan menghasilkan aneka produk kerajinan tangan eceng gondok.
“Waktu yang disediakan memang terlampau singkat. Untuk mencapai tahap penyelesaian akhir sempurna, kita mesti belajar,” kata Ngadiman. Bapak dua anak kelahiran 1 Januari 1969 ini saja perlu waktu bertahun-tahun untuk bisa menghasilkan produk suvenir dan furnitur berbahan baku eceng gondok yang berkualitas. Dia mengaku, ilmu menciptakan aneka produk itu diperoleh sejak memulai usaha tahun 1998.
Kesulitan hidup pada masa krisis mendorong kreativitas bangsa Indonesia justru semakin bermunculan. Ngadiman berkarya menciptakan aneka kerajinan tangan dari bahan baku rotan.
Jangan Menyerah
Tak ada rotan, akar pun jadi. Sulitnya memperoleh bahan-bahan baku tidak boleh membuat kita menyerah. Lagi-lagi, inovasi pun bermunculan. “Memang, saya hanya mengawali peralihan atau lebih tepat mengombinasikan rotan dan eceng gondok serta gedebong pisang dari konsumen mebel Australia,” kata Ngadiman.
Beberapa bulan mendekati ujung tahun lalu, Ngadiman pun dengan tangan terbuka menerima tantangan Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Suryadharma Ali untuk berbagi ilmu kepada masyarakat di pesisir  Danau Tondano.
Permintaan konsumen memang gampang-gampang susah. Bosan dengan bahan kayu, rotan dan eceng gondok justru banyak diminati, terutama konsumen di Australia dan Eropa. Alasan konsumen di kedua benua itu sederhana saja, mereka mencari keunikan dari sebuah produk kerajinan tangan. Produk eceng gondok layak dikategorikan sebagai produk unik. Hal ini merupakan peluang besar bagi para perajin mebel dan produk suvenir lainnya untuk mengisi pasar ekspor mengingat eceng gondok mudah tumbuh di danau, sungai, dan parit di  Indonesia.
Apabila produk eceng gondok ini diolah menjadi produk kerajinan, keuntungan yang didapat diraup produsen sangat menggiurkan. Sebagai contoh, satu kursi tamu bisa dihargai Rp 3 juta samapai Rp 25 juta. Semua tergantung ukurannya. Nilai jual setinggi itu belum termasuk produk aksesori lain, yakni meja tamu dan lampu hias.
Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi dari munculnya produk kerajinan berbahan baku tanaman air ini luas, terutama bagi masyarakat sekitar Danau Tondano. Masyarakat yang mau memanen dan mengeringkan eceng gondok dapat menjual produk yang sudah dikeringkan dengan Rp 2.000, 00 per kilogram. Bagi ibu-ibu rumah tangga maupun para pemuda desa yang mau meluangkan waktu menganyam eceng gondok kering, per meternya dihargai Rp 300. Dalam sepekan,  orang   bisa menganyam sedikitnya 250 meter. Berarti dalam sepekan didapat Rp 75. 000, 00 per orang. (Dikutip dari KOMPAS, 15  Januari 2010)
Setelah membaca contoh kritik diatas dapatkah kamu menandai kritikan yang terdapat dalam wacana diatas? Coba perhatikan tabel dibawah ini!
Kondisi Ekonomi Dan Pasar
Bahan Baku
Waktu
Kesulitan hidup pada masa kritis mendorong kreativitas bangsa Indonesia justru semakin bermunculan.
Ngadiman berkarya menciptakan aneka kerajinan dari bahan baku rotan
Permintaan konsumen memang gampang-gampang susah. Bosan dengan bahan kayu, rotan dan eceng gondok justru banyak diminati, terutama konsumen di Australia dan Eropa.

Tak ada rotan, akar pun jadi. Sulitnya memperoleh bahan-bahan baku tidak boleh membuat kita menyerah. Lagi-lagi, inovasi pun bermunculan.
Hal ini merupakan peluang besar bagi para perajin mebel dan produk suvenir lainnya untuk mengisi pasar ekspor mengingat eceng gondok mudah tumbuh di danau, sungai, dan parit di  Indonesia.
“Waktu yang disediakan memang terlampau singkat. Untuk mencapai tahap penyelesaian akhir sempurna,
Pada kolom pertama penulis mencoba mengkritik pemerintah lewat kondisi perekonomian yang semakin sulit untuk memperoleh penghidupan layak. Kolom kedua penulis berusaha membuka tabir sulitnya memperoleh bahan baku pada saat ini untuk menghasilkan sebuah produk, sehingga masyarakat harus pintar memutar otak dalam menciptakan inovasi baru. Kolom ketiga, memaparkan betapa minimnya waktu yang diberikan untuk menghasilkan sebuah produk. Dalam wacana diatas kamu pun dapat menemukan pujian. Paragraf tujuh penulis juga memaparkan pujian atas partisipasi pemerintah atas dukungan yang diberikan.




Sedangkan keunggulan dan kelemahan dalam menciptakan aneka kerajinan tangan dari bahan baku rotan adalah sebagai berikut:
Ø Keunggulannya:
a)    Produk eceng gondok ini diolah menjadi produk kerajinan, keuntungan yang dapat diraup produsen sangat menggiurkan. Sebagai contoh, satu kursi tamu bisa dihargai Rp 3 juta – Rp 25 juta.
b)   Nilai jual satu kursi tamu bisa dihargai Rp 3 juta – Rp 25 juta belum termasuk produk aksesori lain, yakni meja tamu dan lampu hias.
c)    Masyarakat yang mau memanen dan mengeringkan eceng gondok dapat menjual produk yang sudah dikeringkan dengan Rp 2.000, 00 per kilogram.
d)   Produk eceng gondok layak dikategorikan sebagai produk unik

Ø Kekurangannya
a)    Sulitnya memperoleh bahan-bahan baku tidak boleh membuat kita menyerah.
b)   Permintaan konsumen memang gampang-gampang susah.
c)    Kesulitan hidup pada masa krisis mendorong kreativitas bangsa Indonesia justru semakin bermunculan.
Latihan!
Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Balai Pustaka, Cetakan ke-9 Tahun 1997.
Buku BSE: Bahasa Indonesia Untuk SMP/MTs kelas Ix Pelajaran IV halaman 82 – 85 Penulis: Sarwiji Suwandi dan Sutaarmo.
Penerbit Pusat Perbukuan.


 

















Ø   Setelah membaca wacana diatas tentu kamu mengerti bagaimana mengkritik dan memuji sebuah karya seni. Sekarang amatilah lukisan karya Basuki Abdullah dibawah ini, lalu buat kritikan atau pujian, serta keunggulan dan kelemahan dari lukisan dibawah tersebut!

           





















C.         Membaca Buku Kumpulan Cerpen


Pernahkah kamu membaca kumpulan cerpen? Jika pernah, tentu sering kali kamu menemukan karateristik tiap cerpen dari setiap penulis. Dalam pelajaran kali ini, kamu akan belajar membaca dan membandingkan cerpen yang pernah kamu baca baik unsure intrinsiknya, yaitu : tema, alur, setting, sudut pandang, penokohan (ada tiga jenis tokoh : Protagonis (tokoh utama/berwatak baik), Antagonis (tokoh dengan watak jahat), Trigonis tokoh penengah atau pelerai konflik), gaya bahasa (Gaya bahasa merupakan sarana sastra yang amat penting karena hal inilah yang akan membedakan antara pengarang yang satu dengan yang lain), amanat. Unsure ekstrinsik, yaitu: nilai religi, nilai social, nilai budaya dan lain-lain. Dan pembahasan kali ini kamu akan membandingkan unsur penokonan, bahasa dan nilai-nilai yang terkandung.
Analisis cerpen dibawah ini!
Cerpen ini diambil dari kumpulan cerpen Pohon Keberuntungan karya Akhi Dirman Al-Amin, dkk. Coba tuliskan persamaan dan perbedaan unsure intrinsic serta unsure ekstrinsik pada kedua cerpen berikut!



Cerpen 1

Pohon Keberuntungan
Jaka Tarub
Malam mulai larut, udara di kota Jogja-pun mulai dingin, walaupun masih banyak kendaraan berlalu lalang tetapi kabut kaliurang mulai turun menggantikan asap kendaraan yang sejak pagi tadi memenuhi jalanan kota Jogja. Di langit hanya ada satu bintang yang bersinar, itupun redup, dan bulan hanya terlihat seperti bayang-bayang tertutup awan. Mendung sudah merubahnya menjadi malam yang senyap dan sedikit pekat.
Aku  masih duduk sendiri di pinggiran alun-alun kidul, beberapa pengamen dan pengemis datang silih berganti, memaksaku untuk menyisihkan sedikit rizqi yang ada disakuku walaupun jujur, akupun miris untuk mengeluarkan sedikit uangku, tapi tak apalah, yang jelas aku lillah karena Tuhanku, para pedagang yang berjajar dipinggiran alun-alun, mulai ramai dengan kopi panasnya.
Pandanganku masih kosong dengan dua pohon besar ditengah alun alun ini, dari tadi aku pandangi beberapa orang berjalan sambil menutup matanya dengan selembar kain, berjalan dengan berusaha melewati antara kedua pohon beringin yang umurnya sekitar 100 tahunan itu, aku tidak tahu sebenarnya apa yang mereka lakukan itu, bukankah itu seperti permainan anak kecil yang mencari temannya dalam permainan petak umpet? Tapi mereka orang-orang dewasa bahkan ada yang sudah setengah baya, mataku sampai tak bisa berkedip setiap ada yang berusaha melewati dan kemudian harus melenceng jauh dari tengah pohon itu, ada yang tertawa, ada yang kembali mengulangnya hingga akhirnya pulang karena tak berhasil melewati tengah pohon tersebut. Tetapi ada juga yang tertawa kegirangan karena berhasil melewati tengah pohon itu, masih belum faham dengan semua itu, kemudian aku beranikan untuk bertanya pada orang yang menyewakan penutup mata tersebut, dengan senyum yang renyah bapak bappak itu menjelaskan.
     “Sampean punya hajat apa?”
Aku terdiam dan membatin dalam hatiku bahwa bukan hanya hajat tetapi kemelut yang mendalam dihatiku.
“Sampean coba saja, mitosnya yang bisa melewatinya akan terkabul apa yang menjadi niat dan ihtiarnya. Ini pohon keberuntungan!”
Aku tersenyum dan masih berfikir apakah semua ini benar? Apakah ini bisa menyeleseikan gundah gulana hatiku? Apakah ini bisa mengembalikan belahan jiwaku yang sudah pergi?
Setahun yang lalu. Dikota yang sama.
“Maafkan aku Rul aku tak bisa menjadi kekasihmu lagi”
“Kenapa?”
“Ada yang lain yang mengisi hatiku?”
“Tolong jelaskan padaku, Apa yang kurang dari aku?”
“Tak ada rul…tak ada…”
“Lalu? Apa aku jarang menemuimu disini? Apa karana jarak yang membatasi semua ini?”
“Bukan…”
Aku terdiam saat aulia, bidadari yang menjadi separuh jiwaku itu melangkah pergi, meninggalkan aku, bukan hanya raganya tapi cintanya yang telah membuat aku benar benar kesepian. Langkahnya pelan kemudian berlari, aku tau dia tak menangis. Aku tahu dia bahagia karena meninggalkanku, sesaat kemudian dia berlalu melaju dengan mobil mewah yang dari tadi menunggunya.
“Ya, aku bukan orang kaya.. Itu alasanmu…”
Hari ini aku datang lagi ingin mengobati beban rindu ini yang mendalam dan meraja selama setahun ini.
“Andai kau masih ada disini disampingku pasti semua yang aku miliki sekarang pasti sangat berarti” Batinku sambil aku pandangi mobil yang aku parkirkan dipinggiran jalan.
“Mas… Mas…” Suara bapak penyewa penutup mata ini menyadarkanku dari lamunan panjang.
“Mas kok melamun, ayolah coba. Siapa tau apa yang mas inginkan cepat terkabul”
“Iya pak terimakasih. Nanti saja saya coba.”
Sesaat sebelum aku berlalu ada seorang gadis yang terlihat berdiri di tempat dimana orang-orang memulai untuk melewati pohon keberuntungan itu. Aku perhatikan dengan seksama gadis itu tetap saja berdiri sambil memegang penutup mata beberapa kali dia menutup mata dan menengadahkan kedua tangannya, seakan ada yang ingin ia capai dengan melewati pohon tersebut, juga ragu apakah dia bisa? Tetap saja aku pandangi gadis cantik itu berdiri dengan tubuh tingginya, tak menghiraukan banyaknya orang di sekitarnya,
Udara semakin dingin mendung yang dari tadi menggumpal di langit seakan tak tahan menahan semua yang dibawanya. Rintik hujan tengah malam itu mulai turun, tapi gadis itu masih berdiri. Orang-orang sudah mulai berlari bergegas pulang takut hujan akan menahannya di alun-alun selatan kota Jogja ini. Selang beberapa menit gadis itu menutup matanya dan berjalan pelan, hujan membasahi pundak dan kepalaku, bukan hanya aku tetapi gadis itu juga mulai basah, aku tak beranjak dan masih menatap laju jalan gerak bidadari itu. Palan-palan gadis itu mulai melenceng dari jalur yang dilewatinya, jauh dan tak bisa melewati tengah-tengah beringin tua tersebut. Ketika mulai sadar saat membuka penutup mata gadis itu menagis dan terduduk. Dia menangis meraung berteriak keras sekali. Aku tahu ia kecewa dengan kanyataan bahwa dia tak bisa melewati, artinya apa yang tadi menjadi doanya tak akan terkabul.
Dia masih terduduk, hujan makin deras, aku sudah basah begitu juga dia. Aku berjalan pelan menuju ke arah gadis itu, aku tak tega melihatnya menangis tengah malam diguyur hujan sederas ini. Di sampingnya aku diam, ingin aku mengajaknya berteduh, tangisnya masih belum kelar, aku biarkan dia menangis dengan harapan air matanya mengurangi beban jiwa yang dia rasakan.
Sayup-sayup aku mendengar desahnya dalam derasnya hujan.
“Tuhan, apa dia bukan jodohku? Apa dia memang benar-benar sudah pergi dariku untuk selamanya, tuhan kenapa ini tak adil, aku mencintainya Tuhan. “
Kemudian aku sadar, bahwa yang dirasakan gadis ini sama dengan apa yang aku alami. Gadis ini ingin mendapatkan cintanya lagi dengan cara melewati pohon pengabulan doa ini. Air mataku ikut mengalir beriringan dengan tangisan mendung di langit sana, aku betul betul merasakan apa yang dirasakan gadis cantik ini.
Kemudian aku beranikan diri untuk berbicara
“Cinta itu suatu hal yang rumit, tak bisa ditebak, dan selalu menjadi rahasia.” Dia menatapku tajam dan kemudian berdiri.
“Siapa kamu? Apa kamu malaikat yang dikirim Tuhan untuk mencabut nyawaku, ayo lakukan bunuh aku!! Bunuh aku!! Cabut nyawaku aku sudah tak tahan hidup”
Gadis itu berteriak memakiku, memukulku berkali-kali kemudian kupeluk tubuhnya beriringan dengan air mata yang tercampur dengan derasnya hujan, aku tak peduli siapa dia dan darimana, yang kutahu adalah dia sama denganku, nasib yang aku alami sama dengan dia, aku dulu memang menangis, sakit hatiku remuk. Setahun yang lalu aku adalah orang kehilangan segalanya, dan sekarang aku tak akan membiarkan gadis ini menangis aku tak akan biarkan luka dalam hatinya menganga seperti aku dulu.
“Hei, kamu benar, aku adalah malaikat yang dikirim Tuhan untukmu, tapi bukan untuk mencabut nyawamu, melainkan untuk bercerita padamu dan menuntunmu untuk melewati dua pohon besar itu,”
Dia masih menangis tesedu, dia terus menangis dalam pelukanku, isaknya membuat aku trenyuh.
“Ssstt !! Udah, coba kamu lihat kedua pohon itu, pohon itu begitu dekat, tapi apa pernah mereka berpelukan? Bagaimana rasanya bila itu kita?”
Aku memapahnya untuk duduk di pinggiran alun-alun di sebuah tempat mirip gapura, pelan aku berjalan, udara makin dingin ditambah hujan yang tak kunjung reda, dia duduk beralasakan lantai akupun duduk di sebelahnya..
“Kamu siapa? Kenapa kamu peduli dengan aku?” Tanyanya sesaat setelah perlahan hilang isak dan tangisnya.
“Kamu adalah aku yang dulu”
“Maksudmu?”
“Sudahlah, sekarang dengarkan baik baik… ” aku menghela nafas panjang.
“Apa yang kamu lakukan tadi?” Tanyaku padanya.
“Aku.. Aku…”
“Kamu ingin supaya kamu bisa mendapatkan cintamu lagi kan? Dengan cara kamu mencoba melewati pohon keberuntungan itu”
“i iya.. Kok kamu tau?!”
“Aku sebenarnya ingin melakukanya, tapi setelah aku pikir-pikir, mana mungkin takdir Tuhan ditentukan dengan hal yang sederhana seperti itu. Kalau menurutku pohon itu hanya berupa sugesti, yang bisa melewati akan semangat untuk mendapatkan apa yang diinginkanya, sedangkan yang gagal, akan putus asa dan tak meneruskan apa yang menjadi niatnya, ahirnya selamanya dia tak akan mendapatkan apa yang diinginkan”
Dia terdiam perlahan dia mengangguk..
“Lalu apa yang harus aku lakukan?”
“Kalau kamu ingin mendapatkan cintamu lagi, selalulah berusaha jangan melakukan hal yang tidak perlu seperti ini”
“Bantu aku!”
“Ayo bangun, aku akan bantu kamu melewati pohon itu, dan biarkan sugesti itu membuatmu lebih bersemangat”
Aku tuntun dia berdiri di depan pohon itu, memasangkan penutup mata, lalu aku tuntun untuk melewati tengah pohon itu.
Sesampainya di seberang kubuka penutup matanya, senyum yang begitu indah muncul dari bibir mungilnya. Seindah langit yang cerah karena mendung dan hujan seakan ikut berlalu menjauh dari atas alun-alun keramat kota Jogja ini. Seiring senyumnya, seiring candanya, dan aku akan selalu berusaha untuk melupakan wanita yang meninggalkanku setahun lalu, menggantinya dengan harapan baru yang begitu indah di hadapanku.
                                                               Sumber : Komunitas Pena Santri, 2011








Cerpen 2

Bintang Akan Tetap Bercahaya
Akhi Dirman Al-Amin
Aku tatap wajah malam. Semalam khayalan yang terbingkai dalam kenangan usang. Entah! Kembaraan rasa yang membuncah kabut ini, ke telaga mana akan aku muarakan?
Sepi. Ya! Jua sepi ini.
Adalah sepi yang merajam terlampau berdarah. Ataukah rindu yang begitu erat memeluk sukmaku yang membeku?!
“Saudaraku…, sungguh! Andai kita dekat dengan-Nya, kita tak akan merasa sepi. Merasa sendiri. Sebab, ia selalu akan mengiringi kemanapun kita melangkah.”
Kata-katamu, selalu, bagaikan salju-salju bening yang memberikan ketentraman bagi setiap kebekuan hati. Adakah mampu terraih kembali? Sementara kini… kebekuan itu. Ya! Kebekuan itu.
Ada bening yang menetes di mataku. Kebeningan yang sebenarnya tak harus ku miliki, sebab aku lelaki. Tapi apakah selamanya lelaki harus didokrin pernyataan bahwa lelaki tak boleh cengeng?! Apakah seseorang yang menangis semata-mata karena kecengengan yang childish?!
Aku tatap wajah malam, semalam khayalku yang kembara ke segenap ruang diri.
“Sejauh manapun kita mengembara. Sungguh! Hanya kepada-Nya kita akan kembali…” kata-katamu, suatu hari. Aku hanya menyimpulkan senyum menanggapi keseriusan wajahmu.
“Jangan terlalu puitis, hey! Aku bukan Taufik Ismail!” Ucapku, tanpa bisa menyembunyikan senyum.
“Padahal kita pernah berjanji pada-Nya.” Ucapmu, masih dengan mimikmu yang serius.
“Janji apa? Pada siapa?”
“Ketika Dia menciptakan kita, kita pernah berjanji. Bahwa kita akan selalu ta’at dan patuh pada perintah-Nya. Tapi… mengapa kita sering lupa diri?! Bahkan terlalu sering.”
Kita memang berbeda. Sungguh berbeda. Meskipun usia kita hanya berselang beberapa menit, atau wajah kita yang membuat orang bingung membedakan; yang mana Hasan dan yang mana Husen. Apalagi hobi kita yang nyaris sama: Mengganggu cewek cakep alias play boy cap kodok (Begitu teman-teman menjuluki kita). Sampai, suatu hari, entah kemasukan malaikat dari mana, engkau berubah dratis. Mungkin itu karena pengaruh Yudi, sahabat sekelasmu yang aktif di Rohis Sekolah dan terkenal karena alim dan sopan.
Sejak itu, engkau menjadi alien yang begitu asing. Engkau sering menolak, ketika kuajak jalan-jalan atau sekedar menonton pameran pergelaran musik dari band terkenal yang dulu sangat kau sukai, bahkan kau sering menghabiskan uang sakumu untuk sekedar membeli segala sesuatu yang berhubungan dengan mereka, mulai dari stiker, kaset, poster dan benda-benda lainnya.
“Kayaknya nasyid lebih damai dan mendidik.” Katamu, ketika kutanyakan tentang ‘musik’ barumu yang aneh itu. bahkan kau kini lebih sering menghabiskan waktumu dengan kegiatan-kegiatan sosial bersama anak-anak Rohis dan Remaja masjid.
“Sesungguhnya manusia terbaik di sisi Allah adalah yang bermanfaat bagi ummat.”
Selalu, kelembutan-kelembutan salju menjelma dalam kata-katamu. Kadang aku ingin menyelami kedalaman lembutnya telaga yang kau noktahkan dalam pancaran sinar bola matamu, tapi aku ragu… apakah aku mampu?! Sungguh! Bintang itu terlampau jauh untuk kugapai.
Dan… setelah tamat SMU, engkau membuat keputusan yang di luar dugaanku. Aku pikir, dalam hal yang satu ini kita akan tetap satu pilihan: Kuliah di FKUI! Ternyata engkau telah benar-benar berubah.
Al-Azhar Kairo Mesir ternyata telah menambat hatimu sedemikian dalam. Aku berusaha mencegahmu, Mama dan Papapun demikian. Tapi, akhirnya kami harus melepaskanmu juga. Dan aku? Aku tetap pada cita-citaku semula; FKUI!
Empat bulan kemudian, engkau mengirimkan surat buat kami. Rasanya masih bisa kuhafal isi suratmu…
Hasan saudaraku yang insya Allah dalam lindungan Allah…,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dan salawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan keluarga, serta orang-orang yang berjihad di jalan Allah hingga akhir hayat.
Bagaimana kuliahmu? Alhamdulillah engkau bisa menembus UMPTN FKUI sebagaimana cita-citamu. Alhamdulillah juga aku telah diterima di Fakultas Ushulludin Al-Azhar Kairo.
Dek…, di Al-Azhar kuliahnya dibagi dalam dua kelompok yaitu Ilmiyah (Sains) dan Adabi (Agama). Yang jelas syariat Islam betul-betul diterapkan. Bayangkan saja, di sini ada Fakultas khusus putri (Kulliyatul banat) yang terpisah dari Putra (Kulliyatul Banin).
Nulis apa lagi, ya?! (Bingun nih! Soalnya nggak biasa nulis surat, hehehe…)
Dan… hey! Kabarnya puisi-puisi dan cerpen-cerpenmu dimuat di Annida dan Horison ya?! Jangan lupa bagi-bagi honornya. (Sejak kapan suka nulis, dek?!)
Entahlah! Mungkin kau akan menahan kekecewaan yang sangat, ketika tahu akan keadaanku yang sebenarnya. Tulisan-tulisan yang penuh kemunafikkan dan kebohongan mengalir bagai air bah dalam otakku. Tulisan-tulisan yang, entah kenapa, membuat sesuatu yang damai mengalir dalam dadaku. Aku sendiri tak tahu, apa itu? Apakah ini hidayah?!
Ah. sudahlah…
Rasanya, aku jadi betul-betul ingin ke Mesir, tiap kali membaca suratmu dengan nada rindu. Tentang kuil Abi simbel, puluhan pyramid, Sphynk atau juga tentang juga tentang karya seni masa lalu dan huruf hieroglif yang penuh misteri.
Kadang, lewat E-Mail, engkau ceritakan juga tentang sungai Nil, seperti yang disebutkan Herodatus (Sejarawan Yunani kuno pada 500 Sebelum Masehi) yang menjadi pusat peradaban Mesir hingga kini. Di tepi sungai Nil dibangun sejumlah kawasan dan perkotaan nan elok, seperti Alexandria dan Luxor di tengah-tengah sungai yang merentang dari utara hingga selatan wilayah Mesir.
Tiga tahun kemudian, engkau menelpon kami. Engkau mengabarkan sekaligus meminta ijin pada Mama dan Papa untuk mengkhitbah Ummayah, seorang Ukhti berkebangsaan Irak, yang sedang menjalani kuliah di Al-Azhar. Dua bulan kemudian, kalian walimahan. Hanya do’a yang dapat aku kirimkan dari jauh, karena aku sedang ujian sehingga tidak bisa ke Mesir. Hanya mama dan Papa yang ke sana.
Ah. betapa beruntungnya kau, sebab separuh dien-mu telah kau tegakkan. Dan pastilah istrimu adalah seorang Aisya yang memancarkan ketakwaan dan insya Allah akan memberikan anak-anak yang sholeh dan sholihat yang akan mengibarkan panji Islam.
Dan, Lima minggu yang lalu, bersama Ummayah tepatnya tanggal 25 Pebruari, engkau bersilaturrahmi ke Indonesia. Ke tanah dimana engkau dilahirkan. Dan masih, kebeningan salju mengalir dalam kata-katamu.
Ummayah betul-betul seperti yang kubayangkan. Seorang wanita yang menutup erat aurat dengan jilbab lebarnya. Wajahnya memancarkan kelembutan seorang Aisya.
Sayangnya, kalian hanya dua minggu di Indonesia, karena harus kembali ke Mesir sekaligus mampir untuk mengunjungi negeri 1001 malam dimana Ummayah dilahirkan. Aku melepaskanmu dengan canda, “Kirimkan aku beberapa drum minyak!”
Engkau tertawa kecil. Ummayah-pun membingkai senyum kecil di bibirnya, ketika engkau menterjemahkan kekonyolanku dalam bahasa Arab.
Al-Soweira, itulah tempat Ummayah dilahirkan. Adalah sebuah kota kecil yang terletak 100 Km di sebelah selatan Baghdad.
Dan, malam ini, kutatap wajah langit yang hitam. Sehitam khayal yang aku kembarakan bersama rindu yang mencucuk ubun-ubun. Bintang-bintang berlayar menjadi penerang kelabu malam, mengingatkanku pada ucapanmu dulu…
“Kita adalah bintang yang seharusnya bercahaya, sekalipun kita tak memiliki cahaya sendiri. Sebab Ia akan memberikan cahaya pada setiap pembawa Cahaya-Nya…”
Andai kau tahu. Aku mengingat setiap ucapanmu dengan segenap kekalutan. Kekalutan pada berita-berita tentang penyerangan Amerika ke Irak. Kekalutan karena Al-Soweirapun telah luluh lantah dihantam bom. Kekalutan memandang wajah-wajah yang terbaring dalam kesakitan yang perih di rumah sakit Al-Mutansaniya Collage yang menampung korban perang dari rakyat Irak. Seringkali aku teliti satu per satu wajah yang terpampang dalam sakit di layar kaca, tapi mengapa tak kutemukan wajahmu?!
Ataukah… kebekuan itu telah benar-benar menjemputmu?!
Ketika Dia menciptakan kita, kita pernah berjanji bahwa kita akan taat pada-Nya.
Manusia terbaik di sisi Allah adalah yang bermanfaat bagi ummat.
Sesungguhnya kita adalah bintang yang seharusnya bercahaya…
Ada buncahan tangis yang ingin kumuntahkan dalam bening mataku. Betapa pongahnya aku. Mengapa baru ketika engkau yang menjadi korban, aku baru menyadari bahwa duka muslim di Irak, Checnya, Palestina, Afghanistan, Bosnia, Aceh, Ambon dan di belahan dunia lainnya adalah juga airmataku?! Bahwa seumpama sarang laba-laba kita seharusnya saling menguatkan?!
Berkali-kali kuhubungi kau lewat E-Mail dan handphone, tapi hanya dengungan panjang yang terdengar. Sama halnya dengan airmata kami yang mengenangmu dalam tangis dan do’a.
Sesungguhnya kita adalah bintang… kita adalah bintang… adalah bintang… bintang… bintang… bintang! Butir-butir bening memenuhi mataku. Ku-dzikirkan do’a-do’a semoga Allah kan terima.
Dan sepertimu, insya Allah aku akan menjadi salah satu dari sekian bintang yang akan berpijar menyampaikan cahaya sang Pemberi Cahaya. Do’akanlah aku…
PS: Jika kebekuan itu telah menjemputmu, hanya do’a semoga di jannahNya engkau ditempatkan. Tapi andai napasmu masih berdiam dalam jasad, kirimkanlah kabarmu lewat angin agar kelembutan salju yang menjelma dalam tiap kata-katamu masih bisa kueja.
Rato-Dorowila, 30 April 2003
Sumber : Komunitas Pena Santri, 2011
Setelah membaca dua cerpen diatas, kamu akan mendapati beberapa persamaan dan perbedaaan antara dua cerpen diatas. Dari sisi penokohan cerpen Pohon Keberuntungan, tokoh utama adalah aku . Nilai sosial budaya sangat kental dalam cerpen ini. Dari mitos sepasang pohon beringin yang ada di tengah alun-alun kota jogja sampai pendeskripsian keramahan orang pribumi. Sedangkan pada cerpen Bintang Akan Selalu Bersinar adalah Hasan dan Husen yang berbeda karakter walau mereka adalah sepasang anak kembar. Cerpen ini lebih menekankan pada nilai religi.







Latihan!

 



     Bacalah kumpulan cerpen yang ada di perpustakaan!
1.         Pilihlah dua cerpen yang paling menarik dari kumpulan cerpen yang kamu baca!
2.         Bandingkanlah penokohan dan bahasa  yang digunakan pada dua cerpen tersebut!
3.         Analisa juga nilai-nilai yang terkandung dalam dua cerpen tersebut!
4.         Tukarkan cerpenmu dengan temanmu, lalu analisis cerpen yang kamu tukarkan!
5.         Bandingkan hasil kedua analisis tersebut dengan teman yang kamu ajak bertukar cerpen!
6.         Laporkanlah hasil membaca dan menganalisis kumpulan cerpen!












D.             Menulis Resensi Buku

                       
   Pernahkah diantara kalian yang pernah meresensi buku? Dan tahukah apa yang dimaksud dengan resensi itu? Resensi jika dari bahasa Latin,  revidere  (kata kerja) atau recensie. Artinya “melihat kembali, menimbang, atau menilai.” Tindakan meresensi mengandung “memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi pertunjukan, membahas, dan mengkritiknya.”
   Resensi dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang sebuah karya sehingga pembaca mengetahui apakah karya yang diresensi itu merupakan karya yang bermutu atau tidak. Resensi akan sangat bermanfaat apabila karya yang diresensi relatif masih baru. Semakin baru karya yang diresensi, semakin baik. Hal itu dimaksudkan agar pembaca segera mengetahui apakah karya itu layak untuk dinikmati atau tidak..
Ø Unsur-unsur dalam resensi
Sekurang-kurangnya dalam resensi terdapat hal-hal berikut ini:
·      Judul resensi;
·      Identitas karya (buku) yang diresensi;
·      Uraian tentang jenis karya yang diresensi;
·      Uraian tentang kelebihan dan kekurangan karya yang diresensi; dan
·      Kesimpulan yang berisi penegasan kembali mengenai layak tidaknya karya tersebut untuk dinikmati oleh pembaca.

Ø Langkah-langkah menulis resensi
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis resensi adalah:
1.        Tahap persiapan meliputi:
a)    Membaca contoh-contoh resensi; dan
b)   Menentukan buku yang akan diresensi.
2.        Tahap pengumpulan data meliputi
a)    Membaca buku yang akan diresensi;
b)   Menandai bagian-bagian yang akan dijadikan kutipan sebagai data meliputi hal-hal yang menarik dan tidak menarik dari buku yang diresensi;
c)    Mencatat data-data penulisan resensi yang telah diperoleh melalui membaca buku yang diresensi.
3.        Tahap penulisan meliputi:
a)    Menuliskan identitas buku;
b)   Mengemukakan isi buku (sinopsis dan unsur-unsur intrinsik lainnya );
c)    Mengemukakan kelebihan dan kekurangan buku baik dari segi isi maupun bahasa;
d)   Merevisi resensi dengan memperhatikan susunan kalimatnya, kepaduan paragrafnya, diksinya, ejaan dan tanda bacanya.
e)    Membuat judul resensi

Ø Cara menemukan kelebihan dan kekurangan buku yang diresensi, adalah sebagai berikut:
a)             Membandingkan buku yang diresensi dengan buku lain yang sejenis baik oleh pengarang yang sama maupun oleh pengarang lain yang meliputi segi isi atau pun bahasanya (untuk novel meliputi semua unsur intrinsiknya);
b)             Mencari hal-hal yang menarik atau disukai dan hal-hal yang tidak disukai dari buku tersebut dan mencari alasan mengapa demikian.







Berikut ini adalah contoh resensi.
1.        Identitas Buku
Judul Cerpen        : Cinta adalah Kesunyian
Nama Pengarang  : Gabriel Garcia Marquez
Penerbit                : Pusaka Sastra LKiS Yogyakarta
Tebal Buku           : 164 halaman
2.        Sinopsis 
Florentino Ariza sebagai tokoh utama dalam cerpen ini menggambarkan seorang lelaki dewasa yang selalu melamunkan dan membayangkan pujaan hatinya. Fermina Daza, perempuan khayalannya itu tak banyak diceritakan dalam cerpen ini. Namun pengarang lebih menekankan inti cerita pada arti cinta dan kesunyian. Dalam perjalan Florentino Ariza, ia mendapatkan kejadian yang sangat tak terduga. Suatu cinta ia dapat dengan sekejap dengan seorang wanita yang tak ia kenal sedikit pun dan hilang begitu saja dalam kesunyian. Dengan bagaimana Florentino Ariza mendapatkan cinta sesaatnya itu? Coba luangkan sdikit waktu untuk membaca cerpen peraih Nobel Sastra ini, mungkin akan menambah inspirasi karya sastra kita.
3.        Isi
*    Unsur Instrinsik:
a.    Tema      : Cinta dan Kesunyian
b.    Setting    : Perjalanan di sungai dengan menggunakan kapal
c.    Alur       : Maju dan mundur
d.    Tokoh    : Florenzino Ariza, Kapten Kapal, Duta Besar Inggris dan Wanita misterius
*    Perwatakan:
a.    Florenzio Ariza orang yang tenang dan tidak gegabah.
b.    Kapten Kapal orang yang tegas dan melaksanakan tugasnya.
c.    Duta Besar Inggris orang yang kurang arif dan semaunya.
d.    Wanita misrerius orang yang misteri dan tak pernah memikir panjang.
*    Sudut Pandang
Pengarang sebagai orang ketiga yang banyak tahu.
*    Amanat
“Cinta dengan nafsu sesaat hanya membuat kenikmatan sesaat dan mengakibatkan keterburukan sendiri”



*    Unsur Ekstinsik
-          Nilai Moral : Cinta itu bukan nafsu sesaat kenikmatan dunia, hal seperti ini hanya membuat -seseorang terjun dalam keterpurukannya, penyesalan dan kehilangan harga dirinya.
-          Nilai Sosial : Jabatan setinggi apapun sepatutnya tetap menghargai sesama dan makhluk hidup lainnya. Serta, alangkah baiknya seseorang berinteraksi telah saling mengenali satu-sama lain.
-          Nilai Budaya : Kebiasaa masa orang Eropa dengan sistem kenegaraannya. Dalam cerpen ini sangat menggambarkan suasana zaman peperangan di negara itu dan adat tunduk serta hormat pada seorang Duta Besar.
4.        Kelebihan dan Kelemahan
·       Keunggulan Cerpen
Dalam cerpen ini, pengarang menitikberatkan gambaran dan bahasa sastra lama, kebahasaan yang sangat dijiwai pengarang membuat para pembaca kagum. Dan membuat para pembaca lebih terinpirasi. Terutama pada diakhir-akhir alinea, mulai terlihat ciri pengarangyang menggambarkan cerita dapat berakhir dengan hal apapun, tak harus sedih atau pun senang.
·       Kelemahan Cerpen
Cerita ini memang menggambarkan abad dua puluhan yang kemungkinan besar banyak pembaca sulit membayangkan masa itu. Dan mungkin tak sedikit pembaca akan berhenti di lembar kedua, karena di masa kini sulit untuk memahami bacaan yang tinggi kebahasaannya.
5.        Tanggapan penulis resensi
Sebagai peresensi berdasarkan dari keunggulan dan kelemahan cerpen ini menilai bahwa cerpen ini baik untuk dipublikasikan karena akan menambah imajinasi pembaca dan mencoba untuk memotifasi menjadi penulis.











Latihan!

 





Ayat-Ayat Cinta
Fahri sedang dalam perjalanan menuju Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara kota Cairo, untuk talaqqi (belajar secara face to face pada seorang syaikh) pada Syaikh Utsman, seorang syaikh yang cukup tersohor di Mesir.
Dengan menaiki metro, Fahri berharap ia akan sampai tepat waktu di Masjid Abu Bakar As-Shiddiq. Di metro itulah ia bertemu dengan Aisha. Aisha yang saat itu dicacimaki dan diumpat oleh orang-orang Mesir karena memberikan tempat duduknya pada seorang nenek berkewarganegaraan Amerika, ditolong oleh Fahri. Pertolongan tulus Fahri memberikan kesan yang berarti pada Aisha. Mereka pun berkenalan. Dan ternyata Aisha bukanlah gadis Mesir, melainkan gadis Jerman yang juga tengah menuntut ilmu di mesir.
Di Mesir Fahri tinggal bersama dengan keempat orang temannya yang juga berasal drai Indonesia. Mereka adalah Siful, Rudi, Hamdi, dan Misbah. Mereka tinggal di sebuah apartemen sederhana yang mempunyai dua lantai, dimana lantai dasar menjadi temapt tinggal Fahri dan empat temannya, sedangkan yang lanai atas ditemapati oleh keluarga Kristen Koptik yang sekaligus menjadi tetangga mereka. Keluarga ini terdiri dari Tuan Boutros, Madame Nahed dan dua oranga nak mereka, taitu Maria dan Yousef.
Walau keyakinan dan aqiqah mereka berbeda, tapi antara keluarga Fahri dan Tuan Boutros terjalin hubungan yang sangat baik. Terlebih Fahri dan Maria berteman begitu akarab. Fahri menyebut Maria sebagai gadis koptik yang aneh. Bagaimana tidak, Maria mampu menghafal surat Al-Maidah dan surat Maryam.
Selain bertetangga dengan keluarga Tuan Boutros, Fahri juga mempunyai tetangga lain berkulit hitam yang perrangainya berbanding seratusdelapan puluh derajat dengan keluarga Boutros. Kepala keluarga ini bernama Bahadur. Istrinya bernama madame Syaima dan anak-anaknya bernama Mona, Suzanna, dan Noura.
Bahadur, madame Syaima, Mona, dan Suzanna sering menyiksa noura karena rupa serta warna rambut Noura yang berbeda dengan mereka. Noura berkulit putih dan berambut pirang. Ya, nasib Noura memang malang.
Suatu malam Noura diusir Bahadur dari rumah. Noura diseret ke jalan sembari dicambuk. Tangisannya memilukan. Fahri tidak tega melihat Noura diperlakukan demikian oleh Bahadur. Ia meminta Maria melalui sms untuk menolong Noura. Fahri tidak bisa menolong Noura secara langsung karena Noura bukan muhrimnya. Maria pun bersedia menolong Noura malam itu. Ia membawa Noura ke flatnya.
Fahri dan Maria berusaha mencari tahu siapa keluarga Noura sebenarnya. Mereka yakin Noura bukanlah anak Bahadur dan madame Syaima.
Dan benar. Noura bukan anak mereka. Noura yang malang itu akhirnya bisa berkumpul bersama orang-orang yang menyayanginya. Ia sangat berterima kasih pada Fahri dan Maria.
Sementara itu, Aisha tidak dapat melupakan pemuda yang baik hati mau menolongnya di metro saat itu. Aisha rupanya jatuh hati pada Fahri. Ia meminta pamannya Eqbal untuk menjodohkannya dengan Fahri. Kebetulan, paman Eqbal mengenal Fahri dan Syaik Utsman. Melalui bantuan Syaik Utsman, Fahri pun bersedia untuk menikah dengan Aisha.
Mendengar kabar pernikahan Fahri, Nurul menjadi sangat kecewa. Paman dan bibinya sempat datang ke rumah Fahri untuk memberitahu bahwa keponakannya sangat mencitai Fahri. Namun terlambat! Fahri akan segera menikah dengan Aisha. Oh, malang benar nasib Nurul.
Dan pernikahan Fahri dengan Aisha pun berlangsung. Fahri dan Aisha memutuskan untuk berbulanmadu di sebuah apartemen cantik selama beberapa minggu.
Sepulang dari ‘bulanmadu’nya, Fahri mendapat kejutan dari Maria dan Yousef. Maria dan adiknya itu datang ke rumah Fahri untuk memberikan sebuah kado pernikahan. Namun Maria tampak lebih kurus dan murung. Memang, saat Fahri dan Aisha menikah, keluarga Boutros sedang pergi berlibur. Alhasil, begitu mendengar Fahri telah menjadi milik wanita lain dan tidak lagi tinggal di flat, Maria sangat terpukul.
Kebahagian Fahri dan Aisha tidak bertahan lama karena Fahri harus menjalani hukuman di penjara atas tuduhan pemerkosaan terhadap Noura. Noura teramat terluka saat Fahri memutuskan untuk menikah dengan Aisha.
Di persidangan, Noura yang tengah hamil itu memberikan kesaksian bahwa janin yang dikandungnya adalah anak Fahri. Pengacara Fahri tidak dapat berbuat apa-apa karena ia belum memiliki bukti yang kuat untuk membebaskan kliennya dari segala tuduhan. Fahri pun harus mendekam di bui selama beberapa minggu.
Satu-satunya saksi kunci yang dapat meloloskan Fahri dari fitnah kejam Noura adalah Maria. Marialah yang bersama Noura malam itu (malam yang Noura sebut dalam persidangan sebagai malam dimana Fahri memperkosanya).
Tapi Maria sedang terkulai lemah tak berdaya. Luka hati karena cinta yang bertepuk sebelah tangan membuatnya jatuh sakit. Tidak ada jalan lain. Atas desakan Aisha, Fahri pun menikahi Maria. Aisha berharap, dengan mendengar suara dan merasakan sentuhan tangan Fahri, Maria tersadar dari koma panjangnya. Dan harapan Aisha menjadi kenyataan. Maria dapat membuka matanya dan kemudian bersedia untuk memberikan kesaksian di persidangan. Alhasil, Fahri pun terbebas dari tuduhan Noura. Dengan kata lain, Fahri dapat meninggalkan penjara yang mengerikan itu.
Noura menyesal atas perbuatan yang dilakukannya. Dengan jiwa besar, Fahri memaafkan Noura. Dan, terungkaplah bahawa ayah dari bayi dalam kandungan Noura dalah Bahadur.
Fahri, Aisha, dan Maria mampu menjalani rumah tangga mereka dengan baik. Aisha menganggap Maria sebagai adiknya, demikian pula Maria yang menghormati Aisha selayaknya seorang kakak. Tidak ada yang menduga jika maut akhirnya merenggut Maria. Namun Maria beruntung karena sebelum ajal menjemputnya, ia telah menjadi seorang mu’alaf.
Ø  Bacalah penggalan novel diatas, lalu jawablah soal-soal dibawah ini!
1.    Sebutkan butir - butir yang merupakan kelebihan dan kekurangan novel tersebut !
2.    Tuliskan pendapat pribadi sebagai tanggapan atas novel  tersebut !
3.    Tuliskan dan beri  tanggapan terhadap resensi yang kamu buat !


















Rangkuman
ü  Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud).
ü  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Kritik yang baik adalah apabila disampaikan dengan kalimat yang tepat dan santun serta bersifat membangun. Memuji adalah mengemukakan pernyataan rasa pengakuan dan penghargaan yang tulus akan kebaikan (keunggulan) sesuatu.
ü  Penilaian terhadap sebuah karya haruslah objektif atau berdasarkan fakta-fakta dan tidak memihak. Pengungkapan pujian terhadap kelebihan sebuah karya sebaiknya tidak berlebihan dan tidak menjatuhkan karya lain. Demikian juga dalam menyampaikan kritik terhadap kekurangan yang ada.
ü  Membandingkan cerpen adalah menemukan perbedaan dan persamaan pada cerpen yang dibaca.  
ü  Resensi jika dari bahasa Latin,  revidere  (kata kerja) atau recensie. Artinya “melihat kembali, menimbang, atau menilai.” Tindakan meresensi mengandung “memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi pertunjukan, membahas, dan mengkritiknya.”
ü  Resensi dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang sebuah karya sehingga pembaca mengetahui apakah karya yang diresensi itu merupakan karya yang bermutu atau tidak. Resensi akan sangat bermanfaat apabila karya yang diresensi relatif masih baru. Semakin baru karya yang diresensi, semakin baik. Hal itu dimaksudkan agar pembaca segera mengetahui apakah karya itu layak untuk dinikmati atau tidak..


 

































T im Penyusun

Pelajaran 1
Nama                           : Hendrik Septian
Tempat/ tanggal lahir   : Ciamis, 27 September 1991
Alamat                         : Desa Kawasen Rt. 17 Rw. 05 No. 58 Banjarsari


Pelajaran 2*
Nama                           : Ade Tatang
Tempat/ tanggal lahir  : Ciamis, 18 Januari 1988
Alamat                        : Jln. Lingga Kencana No. 58 RT. 02 RW. 08 Dsn. Banjarwaru. Desa Kawali Kec. Kawali

Pelajaran 3
Nama                           : Emmie Apriani
Tempat/ tanggal lahir  : Cilacap, 14 April 1991
Alamat                        : Jln. Raya Kunci RT. 02 RW. 05 Desa Kunci Kec. Sidareja Kab. Cilacap.

 


Pelajaran 4
Nama                           : Tatang Tahyudin
Tempat/ tanggal lahir  : Ciamis, 10 April 1991
Alamat                        : Situ Mandala RT. 01 RW. 01 Rancah.

Keterangan    :
     *Editor variasi : Ade Tatang

     Penyusunan materi : Masing-masing